Mohon tunggu...
Sakinatudh Dhuhuriyah
Sakinatudh Dhuhuriyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

manusia pasti mati, tapi tulisan yang ditinggalkannya tidak akan pernah mati.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Koruptor Itu Sudah Lupa dengan Akhirat

28 April 2012   09:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:00 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, negara berkembang yang sejak aku masih duduk dibangku Sekolah Dasar nyatanya belum juga menjadi negara yang maju. Padahal kekayaan alam melimpah, tapi rakyatnya masih saja tetap banyak yang sengsara. Mungkin pemimpin-pemimpin kita terlalu banyak mengumbar janji tanpa ada realisasi. Hingga rakyatnya pun terlalu percaya dengan janji-janji yang dilontarkan oleh para pemimpin itu. Atau mugkin karena ada imbalan lain hingga akhirnya rakyat percaya dan mau memilih pemimpin yang banyak melontarkan janji-janji itu.

Kebiasaan buruk seperti memberikan imbalan agar orang lain mau menerima seseorang untuk berbuat sesuatu itu sepertinya telah menjadi budaya baru bangsa ini. Istilah lain untuk budaya ini adalah budaya sogok-menyogok atau dalam istilah bahasa Arab disebut dengan budaya Risywah. Dari masyarakat biasa hingga yang mengaku dirinya sebagai pemimpin dan pembela rakyat atau wakil rakyat, nyatanya juga tidak luput dari budaya ini.

Tertangkap satu, muncul yang lain. Seperti istilah pada masa-masa perjuangan saja "Gugur satu, tumbuh seribu". Tapi sepertinya untuk masalah budaya sogok ini, bukan image yang positif yang ada dibenak kita, namun lebih pada image negatif. Orang-orang yang mengaku menjadi wakil rakyat dan akan memperjuangkan nasib rakyat ternyata sama saja dengan"musuh dalam selimut" bagi rakyat negeri ini. Bagaimana tidak, mereka yang berjanji katanya akan membuat rakyat dan negeri ini makmur, tapi ternyata malah menambah penderitaan rakyat dengan mengambil hak rakyat. Kekayaan-kekayaan yang dimiliki oleh orang-orang tersebut sebenarnya juga ada hak untuk rakyat, akan tetapi malah dinikmati oleh dirinya dan keluarganya sendiri.

Pemberitaan tentang tertangkapnya koruptor-koruptor di negeri ini seperti tidak ada habisnya. Seperti tadi pagi, pada pukul 06.00 wib saat saya sedang menonton berita dengan satpam asrama sambil menunggu teman yang datang, ternyata lagi-lagi berita tentang koruptor. Dan tadi pagi yang menjadi tersangka koruptornya adalah seorang perempuan yang pernah menjadi Puteri Indonesia, dan dalam berita tersebut dia sudah digiring untuk ditahan.

Ada celetukan yang menarik dari salah seorang satpam asrama tersebut, "Para koruptor itu, sudah disilaukan oleh uang." Ya, memang benar apa yang dikatakan oleh satpam itu. Para koruptor itu memang sudah disilaukan oleh uang yang melayang-layang didepan mata mereka, sambil menggoda mereka untuk segera mengambil uang itu. Apapun caranya mereka lakukan, bahkan dengan cara korupsi itu.

Satpam tadi juga berkata, "mereka (red. koruptor) itu sudah lupa dengan akhirat. Mereka sudah lupa kalau setelah hidup di dunia ini mereka akan hidup di akhirat dan akan dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya." Dan karena lupa itu, mereka pun berani melakukan perbuatan kotor itu. Bahkan seorang Puteri Indonesia pun juga berani melakukannya.

Negara ini sepertinya memang benar-benar telah mengalami krisis moralitas. Rasa malu dan rasa tak bersalah sudah menjadi hal biasa di negeri ini, padahal sebenarnya mereka itu tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun