Stasiun Televisi Metro TV sepertinya sudah kehilangan ruh sebagai media informasi bagi masyarakat Indonesia. Sejak pemilihan legislatif sampai sekarang menjelang Pilpres, dukungan Metro TV terhadap partai politik milik sang empunya televisi, Surya Paloh maupun capres dan cawarpes Jokowi JK terkesan overdosis. Ibarat menikmati santapan, menu yang disajikan sudah tidak enak lagi dinikmati. Pokoke, sudah lebay tingkat dewa.
Kalau kita lihat lagi ke belakang, pergeseran  siaran Metro TV sudah terasa sejak tahun 2009 lalu. Saat itu JK dan Wiranto yang berpasangan sebagai Capres/Cawapres terkesan mendapat porsi pemberitaan yang juga lumayan banyak dari pasangan capres/cawapres lain. Usai Pilpres yang dimenangkan SBY Budiono, selanjutnya Surya Paloh mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Bersaing dengan Abu Rizal Bakrie (ARB). Dalam pemilihan tersebut, Surya Paloh dikalahkan ARB.
Jeda beberapa bulan setelah gagal menjadi Ketua Umum Partai Golkar, Surya Paloh kemudian mengusung ide Restorasi Indonesia dengan tagline Semangat Perubahan melalui Ormas Nasional Demokrat. Dari situlah, Metro TV kembali menayangkan berbagai kegiatan Ormas tersebut. Menayangkan pidato Surya Paloh yang demikian menggebu-gebu. Menayangkan pelantikan pengurus Ormas Nasdem di berbagai daerah.
Ketika Nasdem ‘meningkat statusnya’ menjadi partai politik, tayangan berita tentang partai tersebut di Metro TV terasa makin banyak. Apalagi menjelang Pemilu legislatif.  Usai Pileg, Metro TV masih melanjutkan siaran-siaran yang memuji setinggi langit kandidat yang didukungnya. Pokoke, tiada waktu tanpa Jokowi JK.
Saya cuma heran saja, stasiun televisi sekelas Metro TV begitu bombastis mendukung capres/cawapres yang didukung partai politik pemiliknya. Bukankah frekuensi yang digunakan untuk siaran merupakan milik publik?
Bertambah heran, di Metro TV banyak sekali jurnalis senior yang tentu sudah banyak makan garam dunia pertelevisian, tahu dan paham informasi yang tidak memihak sesuai dengan prinsip-prinsip jurnalistik yang benar. Tapi kenapa mereka membiarkan semua ini terus terjadi? Kenapaaaaah?
Dari banyak keheranan itu, saya mempertanyakan integritas pengelola Metro TV mengenai hak-hak masyarakat mendapatkan informasi yang berimbang. Terlepas dari capres/cawapres yang didukungnya, sejauh ini tayangan Metro TV untuk capres/cawapres memang jauh dari kesan  berimbang.
Karena itu, sorry to say, sejak sebulan ini saya sudah blokir tayangan Metro TV di rumah saya. Â Anak-anak tidak boleh menonton Metro TV.
Ya barangkali nanti kalau Metro TV ganti nama jadi TV Nasdem saya mau nonton lagi, paling enggak buat belajar orasi dari sang pemilik, Surya Paloh. Demikianlah sodara-sodaraaaa....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H