Demi meraih dukungan dari kalangan para santri di pondok-pondok pesantren, Jokowi melemparkan wacana menjadikan 1 Muharram sebagai Hari Santri Nasional.
Sayang sekali, Jokowi rupanya tidak belajar sejarah Islam. Â Bagi umat Islam, 1 Muharram itu diperingati sebagai hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Itu sebuah peristiwa besar yang diperingati setiap tahun. Karena itu ditetapkan sebagai tahun baru Islam.
Sah-sah saja jika Jokowi ingin mengadakan Hari Santri Nasional. Hanya saja, menetapkan 1 Muharram sebagai Hari Santri Nasional itu terkesan mau mereduksi 1 Muharram sebagai Tahun Baru Islam yang selama ini dirayakan.
Karena itulah, Jokowi perlu berkonsultasi dengan para ulama, para kiyai, para pakar sejarah Islam di Indonesia. Kapan sebaiknya Hari Santri Nasional itu diadakan. Biar para pakar tersebut yang mengadakan penelitian dengan mengacu pada literatur sejarah. Apakah penetapan Hari Santri tersebut mengacu pada pertama kali berdirinya pondok pesantren pertama di Indonesia atau berdasarkan peristiwa sejarah lainnya.
Ini juga perlu perhatian dari para tokoh-tokoh Islam. Jangan karena mendukung Jokowi, lalu mendukung semua gagasannya. Kalau memang kurang tepat, ya dikritisi. Berilah Jokowi masukan dan pemahaman yang benar.
Jangan demi ambisi politik, ujug-ujug saja bilang akan menetapkan 1 Muharam sebagai Hari Santri Nasional, tanpa meneliti aspek sejarah dan urgensi dari penetapan hari tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H