Mohon tunggu...
Aisyah Sakha Damarjati
Aisyah Sakha Damarjati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sakha

Hanya seorang mahasiswi Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor yang sedang mencoba belajar dan menemukan hobi baru.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Apa Sebenarnya yang Menjadi Masalah Pendidikan Indonesia?

16 Juli 2021   16:24 Diperbarui: 16 Juli 2021   17:06 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendidikan bukanlah suatu hal yang dapat kita remehkan. Kini setiap negara tengah berlomba-lomba meningkatkan kualitas pendidikan mereka. Metode belajar serta hal-hal yang diperlukan untuk menunjang pembelajaran selalu diperbarui dan diperhatikan dengan baik, guna menghasilkan bibit-bibit yang berkualitas tinggi. Jika suatu wilaya kurang memberikan perhatian akan kualitas pendidikannya, maka akan banyak hal lain yang mungkin ikut terhambat yang menjadi penyebab wilayah tersebut sulit untuk bergerak maju.

Dengan menempuh pendidikan yang layak, kita berharap dapat ikut berkontribusi membangun dunia yang tak ada habisnya ini. Kita juga diminta untuk mau tidak mau mengikuti seluruh perubahan yang terjadi. Terlebih ini menyangkut pandangan negara lain terhadap negara kita. Tidak mungkin waktu yang tersisa sekarang ini terbuang dengan sia-sia sedangkan negara lain sama sibuknya memberikan pendidikan yang terbaik kepada penerus bangsanya.

Ada banyak hal yang perlu kita persiapkan untuk kemajuan bangsa ini. Tanpa kita sadari mungkin kita sudah tetinggal dari negara-negara maju maupun berkembang lainnya. Dilansir dari laman Viva, berdasarkan data survei yang telah dipublikasikan pada tahun 2018 silam oleh Programme for International Student Assesment (PISA), Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 77 negara yang diikutsertakan. Survei tersebut merupakan tolak ukur dalam menilai kualitas pendidikan di dunia yang meliputi kemampuan membaca, matematika, dan sains.

Kita berada di urutan ke-enam sebagai negara dengan kepulauan terbanyak. Tak heran jika kita juga memiliki masalah yang cukup serius mengenai pemerataan pendidikan ini. Sulitnya menggapai daerah yang jauh dari pusat pemerintahan juga perindustrian turut andil sebagai hambatan dalam penyediaan pendidikan yang layak. Belum lagi dengan masalah perekonomian yang menyebabkan pembangunan fasilitas di beberapa daerah cukup tertinggal.

Pendidikan formal dan informal yang bahkan sudah banyak tersebar di daerah perkotaan pun tak menjadi jaminan untuk bisa menghasilkan lulusan atau alumni yang berkualitas. Kini besar kecilnya akreditas suatu sekolah juga menjadi pertimbangan untuk kita melanjutkan ke jenjang manapun. Karena, akreditasi sekolah/madrasah bertujuan untuk memberikan informasi tentang kelayakan suatu sekolah/madrasah tersebut. Adanya pelaksanaan akreditasi ini pun membawa harapan agar dapat mendorong atau menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan pendidikan dan memberikan arahan untuk evaluasi diri yang berkelanjutan, serta sebagai perangsang untuk terus berusaha mencapai mutu yang diharapkan sehingga secara tidak langsung dapat menjamin mutu pendidikan.


Persaingan yang ketat di dunia penidikan internasional juga tampaknya sullit untuk kita tembus walaupun kita sudah bersekolah di tempat yang memiliki akreditas cukup tinggi. Hal ini dikarenakan standar dari penilaian tersebut bukanlah standar internasional, melainkan hanya sesuai dengan standar yang ada di negeri ini. Jangankan berada di tingkat Internasional, di tingkat ASEAN saja kita sudah cukup tertinggal. Memang jika kita membicarakan masalah pendidikan, pasti tidak akan ada habisnya.


Kurangnya awareness dari pemerintah akan hal ini sudah cukup membuat banyak pihak merasa geram. Bahkan Menteri Pendidikan Indonesia, Nadiem Anwar Makarim merasa tidak puas dengan dukungan yang diberikan oleh pemerintah. Dalam siaran langsung bersama di akun sosial media milik Maudy Ayunda, salah satu penyanyi Indonesia yang juga menjadi inspirasi anak-anak bangsa karena pencapaiannya menjadi lulusan S1 di Harvard University dan S2 di Oxford University ini menampilkan kekesalan Pak Nadiem atas tindakan yang diberikan pemerintah untuk mengembangkana pendidikan di Indonesia. Beliau berkata bahwa, pemerintah tidak mau dan berani untuk mengambil risiko dalam memberikan pembaruan dalam pendidikan yang kita miliki, lantas bagaimana kita akan berkembang jika mencoba melangkah maju pun kita tidak mau mencobanya?


Berada di era globalisasi yang semuanya sudah serba modern seperti sekarang ini terasa semakin memberatkan kita. Untuk mengatasinya, bukankah seharusnya pemerintah memberi dukungan berupa fasilitas yang memadai terlebih dahulu dan melaksanakan penyuluhan/pelatihan untuk meningkatkan mutu para pendidik? Jika kita sudah memiliki dasarnya, barulah setelah itu para pendidik tersebut menggunakan caranya sendiri agar seluruh didikannya memahami dan berusaha beradaptasi dengan kemajuan teknologi ini.


Memang peran pemerintah sebagai penentu bagaimana pendidikan menyebar itu penting, tetapi kesadaran dalam tiap pendidik dan siswa-siswi tak kalah pentingnya. Karena hasil yang akan kita dapat pasti berawal dari niat kita itu sendiri. Jika kita sudah memiliki rasa keinginan yang tinggi, maka bukankah kita akan melakukan berbagai cara agar bisa meraihnya? Menimba ilmu memang bukan hal yang mudah dan sebentar, tetapi perlu kita sadari bahwa itu adalah kewajiban kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun