PALANGKA RAYA, Minggu 2 Juni 2022
Ditengah keheningan malam yang sunyi, Rama berdiri di samping anggota regunya. Ia termenung memandangi indahnya kobaran api yang menjulur tinggi dengan dikelilingi api-api kecil dari lilin yang di nyalakan oleh petugas Dasa Darma Pramuka.
Rama bersama dengan anggota Pramuka Gugus Depan 02.327-328 Al Ghazali lainnya dengan seksama menyimak dan menghayati kata-kata renungan yang di sampaikan oleh kakak pembina Anshari dalam upacara api unggun.
Mereka termenung memikirkan apa yang telah disampaikan oleh kakak pembina. Sebagian ada yang meneteskan air mata sembari membayangkan kenangan manis bersama dengan kedua orang tua mereka.
Kak Anshari yang bertindak sebagai pembina upacara berpesan agar para peserta membawa pulang hal baik dan meninggalkan hal buruk dan membawa hal yang baik, selama mengikuti kegiatan kepramukaan di Gugus Depan 02.327-328 Al Ghazali Palangka Raya.
Ia mengingatkan agar adik-adiknya yang ada di Gugus Depan 02.327-328 Al Ghazali Palangka Raya untuk tetap disiplin dan menjaga keharmonisan hubungan dengan anggota keluarganya baik di sekolah, gugus depan, ataupun keluarga di rumah.
Prosesi api unggun memang bukan hal yang baru dalam setiap kegiatan kepramukaan. Api unggun menjadi simbol kebersamaan antara sesama anggota kepramukaan. Didalam api unggun juga terdapat makna yang untuk saling berbagi ditengah kehangatan ikatan keluarga.
Api unggun biasanya dinyalakan untuk penerangan di malam hari dan juga untuk mengusir binatang buas. Namun, secara simbolis juga digunakan untuk menyalakan semangat Dasa Dharma Pramuka.
Mengawali proses penyalaan api unggun, sepuluh perwakilan peserta membacakan Dasa Dharma Pramuka dan mempersembahkannya kepada pahlawannya masing-masing.
Api unggun dinyalakan dengan cara macik api dari obor kecil yang dibawa olah seorang kakak pembina. Obor tersebut memiliki makna bahwa seorang Pramuka tetap membutuhkan orang dewasa untuk menjadi orang tua angkat dalam membimbing sebuah regu.