Mohon tunggu...
Muhammad J
Muhammad J Mohon Tunggu... karyawan swasta -

peternak kelinci dan penulis puisi\r\npenyuka Absurditas teks

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bernostalgia Bersama Abang

3 Oktober 2012   17:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:18 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

BERMAIN PISAU DI RUMAH SINGGAH
(kepada Begawan Martinus)

apa kabarmu
pernahkah kau menghitung waktu kita berpisah
seperti aku yang menghitung sepi kerinduan atasmu

sekarang kita bertemu lagi di rumah singgah
tempat dulu kita berbalas puisi dan berbagi buah
yang kau belah dengan lidah

lama aku tak membaca puisimu
walau begitu, tetap kukenali diksimu
tapi entahlah, semoga aku tidak tertipu

apa kau masih ingat yang kita bicarakan tahun lalu
suatu hari kita akan bermain pisau di sini
mencongkel mata penyair ber-make up abu-abu

bagai  seorang dulu mencongkel mata Sajak
karena sering berubah wujud, terkadang kelinci
di siang hari, kuntil anak di malam hari

O, apa aku tak salah ajak Begawan
gila aku gila pula kau karena
gila mereka bukan gila metafora

lihat, lihatlah di sana
seorang gila yang lain tengah lelap bermimpi
acuh tak acuh belatinya tak lagi berdiri

tiga lampu rumahnya dibiarkan begitu
itu rumah kita, lampunya terus bergantian
menyala, namun tanpa penjaga

dan sebelum kita bermain pisau
aku ingin tahu dulu wujud aslimu
sebelum aku menyesal telah merindukanmu

biar kutahui sedewasa apa
kau selama menulis puisi
biar kutahui seberapa mahal harga lampu

RUMAH SINGGAH KINI
(kepada MJ)

ah kau tetap saja Sajak
aku tahu kamu baik-baik saja
sebab tak mampu aku mencongkelkan pisauku
pisauku hanya pisau bolu
yang dicetak dari daur ulang

dan aku masih seperti dulu

gak penting siapa kamu
aku masih tetap Begawan
dan pantas kau rindu'i

di sinilah kita bisa bertemu
sebab asliku tak beralamat
semua jalan alamatku

kini rumah singgah sangat ramai
perlombaan sengit kini berhamburan

pisau-pisau bedah diganti belati
hingga membunuh rasa
belum lagi wajah-wajah baru berlapis mike up tebal
terkadang mengusik ketenangan

semoga tak membuat rumah singgah menjadi gerah
masih banyak anak butuh belaian

bapak dan ibu asuh ku yakin belum mati rasa
semoga selalu menjadi harapan.

Muhammad Jahidin- Begawan martinus
dua pulau berbeda 03 Okt 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun