telah kupersiapkan di dadaku
untuk dadamu sepuluh jari
aku tadahkan ke langit
tapi, aku ingin menjadi payung
seperti warna biru di sana
nama adalah doa
yang dipanjatkan oleh panggilan
kepalaku, kepala kekasih hati
siapakah kita?
tersingkir dari keramaian
perempuanku.
aku jauh kau mendekat
aku dekat engkau mendekap
kudekap kaupejam matamu
berdua denganmu sebagai
pemilik tugur waktu
"yang pergi akan kembali
yang kembali akan berpikir"
sayangku, perempuan sendiri
lamakanlah lagi pelukmu!
suatu suasana sedang kurancang
aku akan ingin engkau
yang ikut berjalan menanjak
ke sepuncak bukit
mendekati sarang burung
bercericitlah doa yang menetas
o!, puisi di panggung dahan
langit adalah mata, adalah telinga
tempat kita mendengar
dan menyaksikan siapa yang pulang
dahiku, dahimu
bibirku, bibirmu bersatu
menyentuh tanah sendiri
19 Maret 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H