Mohon tunggu...
Saiyid Mahadhir
Saiyid Mahadhir Mohon Tunggu... -

Suami dan Dosen | Rumah Fiqih Indonesia | www.rumahfiqih.com | Hidup untuk memberi | #Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Istri adalah Amanah

15 Januari 2015   16:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:06 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Amamah itu adalah aman. Jika ada sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain dengan disertai rasa aman itulah amanah. Ini mungkin karena kepercayaan bahwa apa yg diamanhkan itu akan dipelihara dengan aman dan nyaman.

Istri adalah amanah dipelukan suami. Tidak mungkin orang tua kelurga calon istri merestui sebuah pernikahan jika tidak ada kepercayaan dari mereka akan rasa aman pada calon suaminya. Sangat wajar kiranya pertanyaan pertama yang diajukan oleh keluarga calon istri adalah perihal pekerjaan lak-laki yang ingin mengambil anak gadisnya.

Pun begitu dengan calon istri, rasanya kesediaan untuk hidup bersama laki-laki asing itu menyedihkan, apalagi harus meniggalkan orang tua dan keluarga yg selama ini bersamanya. Namun dia rela, berani, dan bersedia untuk melepaskan kebersamaan itu hanya karena bahwa dia meyakini hidup bersama calon suaminya itu akan membuatnya lebih bahagia, dan lebih aman.

Keyakinan akan rasa aman inilah sebenarnya yg diharapkan oleh seluruh perempuan terhadap calon suaminya. Karena disaat yg sama istri adalah amanah. Inilah makna dari miitsaaqan ghaliizha: Perjanjian yg amat kokoh. (QS. An-Nisa: 21). Dan ini jugalah inti pesn Rasulullah SAW bahwa "kalian menerima istri atas dasar amanah Allah".

Pantaskan diri bahwa ada perempuan yang yakin akan hidup aman dg Anda. Dan yakinkan bahwa ada kedua orang tua yang merasa aman jika anak gadisnya menghabiskan idupnya bersama Anda.

Menurut hemat saya, setidaknya ada tiga hal yang harus dipersiapkan untuk mengambil amanah Allah yang satu ini: Keimanan, pendidikan, dan ekonomi.

Tidak harus alim bener, tapi faham tujuan hidup bahwa semua apa yang dilakukan dalam hidup rumah tangga hanyalah sebagai tangga untuk sampai kepada kehidupan akhirat, bahwa segala jerih - payah yang dilaukan adalah semata-mata ladang amal kita untuk kehidupan yang abadi.

Tidak harus s2, atau s3, tapi setidaknya bisa hidup pada setiap situasi hidup yang terus berubah, mereka yang mampu hidup dalam dunia yang selalu berubah ini setidakya sudah menjadi bukti bahwa mereka adalah manusia yang berpendidikan.

Tidak harus kaya bener, tapi setidaknya ada semacam jaminan hidup bahwa dia yang nantinya akan hidup bersama kita bisa makan yang cukup, tidur yang nyenyak, bisa sedikit berhias, hidup sehat dan ada budget untuk menambah wawasan istri. Jangan sampai bertahun-tahun istri bersama kita, selama itu juga pengetahuannya tidak bertambah.

Ibarat pohon, maka suami itu adalah matahari yang selalu menyinari, air yang selalu menyiram, dan pagar yang selalu melindungi. Sehingga ia tumbuh dengan sinar, air, dan penjagaan suaminya, bukan malah tumbuh dengan sendirinya tanpa ada peran dari suami yang signifikan.

Wallahu A'lam Bisshawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun