MANUSIA adalah makhluk yang serba kekurangan. Manusia bukanlah makhluk sempurna. Kalau sempurna berarti ia bukanlah manusia. Tujuan manusia diciptakan bukan sekedar untuk hidup dan makan. Ada banyak hal yang harus dilakukan oleh manusia itu sendiri selain menjalani kehidupannya di dunia. Bargaul dengan sesama itu adalah salah satu tugasnya. Dikatakan tugas karena ada hubungannya dengan keberlangsungan hidup manusia. Jika manusia tidak menjalankan tugasnya dengan baik maka implikasinya adalah terjadi kehidupan yang tidak stabil. Dengan bergaul inilah manusia akan mengetahui sejauh mana kwalitas kehidupan yang dijalaninya. Jika manusia hidup sendiri, maka yang akan terjadi adalah kehampaan hidup. Biasanya kehampaan hidup itu akan membawa manusia pada tindak asusila yang melanggar norma-norma kehidupan. Terjadinya tidak asusila sering diakibatkan karena kurangnya komunikasi dan pergaulan manusia dengan manusia lainnya.
Tuntutan untuk selalu bergaul memang sah-sah saja. Bahkan tuntutan secara langsung memberikan kontribusi besar pada kehidupan kita saat ini dan yang akan datang. Manusia tidak bisa hidup sendiri. manusia harus butuh manusia lain yang dapat memecahkan seluruh permasalahan hidup yang sangat kompleks ini. Seorang Filosof ternama Aristoteles pernah mengatakan “ manusia adalah makhluk sosial”. Dikatakan makhluk sosial karena manusia memiliki ketergatungan dengan yang lain. ketergantungan itulah yang menjadi penentu keberlangsung eksistensi manusia di muka bumi ini.
Untuk mewujudkan kebelangsungan hidup yang lebih panjang, maka manusia dituntut untuk menguasai metode tertentu. Di antara metode yang harus dikuasai adalah “Metode memaafkan” sesama. Dengan memaafkan semua masalah akan clear. Sehingga manusia bisa menjalani hidupnya dengan tenang. Ada yang mengatakan bahwa memaafkan adalah tanda kekalahan. Sama sekali tidak! Perkataan itu adalah perkataan orang-orang bodoh yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Jangan pernah termakan oleh perkataan mereka yang tidak dapat memberika solusi tepat.
Manusia sengaja diciptakan untuk Memaafkan bukan berarti kalah. Memaafkan bukan berarti lemah. Tapi memaafkan berarti kita sedang belajar menanam benih kebaikan di hati orang lain. Semakin banyak kita memaafkan maka semakin banyak pula subur benih yang kita tanam. Pada akhirnya kita akan memanen hasil dari kebaikan yang kita tanam. Kebaikan yang kita panen itu adalah Cinta dan Kasih sayang.Jika kita banyak memaafkan, maka banyak pula cinta dan kasih sayang manusia yang kita dapatkan.
Kadang seseorang enggan untuk memaafkan karena hatinya sudah terluka parah, kecewa, jengkel dan lain-lain. memang kita adalah manusia yang memiliki hati. Tak mudah untuk seseorang memaafkan orang lain jika mereka disakiti. Rasa egoisme untuk tidak memaafkan orang lain memang sudah lama ada. Egoisme adalah fitrah manusia. Tapi semuanya adalah proses untuk kita belajar. Salah satunya adalah belajar memaafkan. Egoisme bisa dikalahkan dengan kesabaran. Egoisme bisa dikalahkan dengan kemauan kita untuk mencari perubahan besar yang nantinya akan membawa perubahan besar dalan hidup kita. Orang yang tidak mau memaafkan berarti orang tidaka mau merubah hidupnya dan hidup orang lain. ketika kita memaafkan maka, memang perubahan belum begitu Nampak pada orang kita maafkan. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan ia akan datang kepada kita dan mengatakan, “Kamu adalah manusia hebat, saya salut dengan sikap kesabaranmu!”. Jika orang yang kita maafkan belum berubah juga paling tidak kita telah merubah diri kita ke arah yang lebih baik. Berubah dalam arti kita bisa belajar banyak tentang kehidupan. Belajar banyak untuk mendapatkan hati orang lain. Bukankah hidup ini adalah universitas kehidupan yang mengajak kita untuk selalu belajar dan merenung?
So, Jangan tunda lagi untuk selalu memaafkan orang lain yang pernah menyakiti dan melukai kita. Jika kita tatap mempertahankan rasaegoisme, lalu kapan kita akan berubah? Merubah diri dengan memaafkan orang lain. anggaplah rasa sakit hati sebagai amunisi untuk kita agar dapat menuju ke langit impian yang dinantikan yaitu “Kesuksesan dan kebahagiaan”. Ketika kita sukses menata hidup dengan memaafkan orang lain maka lambut laun kebahagiaan akan sendirinya menghampiti kita. Biasakanlah untuk selalu memaafkan. Karena tidak semua rasa sakit hati yangkita rasakan adalah berwujud kegagalan justru orang-orang sukses di dunia ini tidak lepas rasa sakit hati dari hinaan yang datang secara bertubi-tubi. Akan tetapi bagi mereka rasa sakit hati dapat berubah dengan kasih sayang. Perlu diingat bahwa kesuksesan itu tidak akan datang tanpa kehadiran orang lain. terlepas orang lain itu bersikap tidak baik dengan kita. Tapi mereka itulah faktor pendukung kesuksesan para orang-orang hebat di dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H