Mohon tunggu...
Abdullah Saimima
Abdullah Saimima Mohon Tunggu... -

Kebenaran itu sulit, akan menjadi mudah jika kita temukan kejujuran sebelum petang menjemput. Hidup memang edang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kespro, HIV/Aids dan Trafiking ke Sekolah

10 Mei 2011   12:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:52 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebagian besar  remaja atau Pelajar secara umum membtutuhkan informasi mengenai kesehatan reproduksi (Kespro).  Penyebabnya beragam,  tabu, tidak diajarkan  di sekolah  dan sebagainya.  Tidak hanya remaja. Ibu rumah  tangga ataupun perempuan  berpendidikan tinggi pun tidak luput dari ketidaktahuan ini.Untuk itulah, Tim Fasilitator  Activist go to school 2011 merasa perlu untuk mendatangi sekolah-sekolah, baik SMP maupun SMA di Kota Ambon untuk memberikan seidikit pelajaran tentang Ksepro, HIV/Aids dan Trafiking, berikut sedikit kutipan dari hasil kunjungan ke sekolah-sekolah tersebut.

Ketidaktahuan tentang kesehatan reproduksi ini  terbukti ketika ditanya  kepada siswa, apakah yang diketahui tentang kesehatan  reproduksi, jawaban mereka hanya dengan menggeleng kepala tanda ketidak tahuan.
Ketika ditanyakan kepada orang tua, mereka katakan :’’Ah risih mestinya guru,’’.  Ketika ditanyakan kepada guru, mereka menjawab:’’ tidak tahu, mestinya orang  tua dong,’’ kalau semuanya tetap menjawab seperti itu, bagaimana memecahkan persoalan yang dihadapi oleh mereka terkait dengan reproduksi ?

Kadang mereka menggunakan sesama teman sebaya untuk mengungkapkan persoalan yang dihadapi, padahal teman tersebut belum tentu tahu dan dapat memecahkan persoalan dimaksud. Hal ini diungkapkan Ketua Divisi Perempuan dan Anak Yayasan Komunikasi Injili Indonesia (Yakomi) Maluku yang Juga Perwakilan Maluku Lembaga Partisipasi Perempuan (LP2), Joanny.F.M. Pesulima, kepada Radar Ambon di Ambon, didampingi Pastor Yan Oratmangun dari Justice and Peace Diosis Amboina, Madina Mansyur dari Lembaga Pengabdian Pemuda Bangsa (LP2B) dan Maudy Hattu (Yakomi) yang semuanya tergabung dalam Tim Fasilitator  Activist go to school 2011.
Dikatakan, berdasarkan survei Yakomi,LP2 Perwakilan Maluku,LP2B, dan Justice and Peace Diosis Amboina, ada sekitar 80 puluh persen remaja di Kota Ambon merasa lebih nyaman bicara sex dengan teman dan 20 persen kepada ibunya. Informasi tentang sex, 40 persen didapat dari teman, 60 persen dari film porno, dari sekolah 15 belas persen, dan 15 persen dari orang tua,sebagian besar anak muda mengaku kalau hubungan sex untuk pertama kali terjadi begitu saja, tanpa direncanakan sehingga banyak yang kebobolan hamil di luar nikah dalam usia muda. ‘’Mereka yang melakukan hubungan sex, untuk laki-laki itu sekitar 30 persen merencanakan duluan dan untuk perempuan 45 persen karena merasa dibujuk dan diiming-iming janji bertanggungjawab, akhirnya 25 persen menyesali dan 20 persen merasa ditipu,’’jelasnya.

Menurutnya, anak muda yang melakukan hubungan sex pertama kali, sesuai hasil survey, di rumah tanpa penghuni 30 persen, tempat kost 40 persen, hotel atau penginapan 30 persen,dan ini berlangsung secara berkesinambungan di lokasi yang sama, beda dengan orang dewasa, bagi mereka itu hal biasa dan sudah menjadi aktivitas rutin, akhirnya banyak rumah tangga yang retak , karena adanya WIL (Wanita Idaman Lain) dan PIL (Pria Idaman Lain).
Anak-anak ini biasanya mereka sangat  percaya dengan Peer-nya atau kawan sebayanya, kenapa hal ini tidak dipergunakan untuk hal yang positif ?
Empat Lembaga ini, kata Pesulima, melakukan diskusi dengan menyatukan data yang ada di masing-masing Lembaga, menerobos pintu masuk, mencari jalan keluar untuk memecahkan persoalan yang tengah terjadi di kalangan pelajar di kota Ambon, berdasarkan temuan kasus yang ada, lalu memutuskan untuk melaksanakan kegiatan ‘activists go to school’ , dengan melakukan sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi, HiV/Aids dan Trafiking (Perdagangan anak atau orang)  kepada pelajar di kota Ambon, supaya mereka bisa mengerti dan bisa mengantisipasi persoalan yang tengah terjadi di kalangan Remaja.
’’Kami merasa terbeban dengan suhu pergaulan anak muda di kota Ambon, khususnya pelajar dan mahasiswa yang sudah berani merusak masa depan dirinya sendiri dengan mencoba melakukan hubungan sex di luar nikah yang mengakibatkan banyak yang putus sekolah akibat hamil, bunuh diri dan sebagainya, juga banyak yang sudah menggunakan narkoba, sehingga berimbas kepada Hiv/Aids,karenanya kami mencoba melakukan kegiatan ini, membantu sekolah menyelesaikan setiap persoalan yang ada,’’ tandasnya.

Banyak hal yang ditemukan Tim Activist Go To School ketika melakukan sosialisasi. Lewat SMS dengan nomor khusus yang dibuka untuk konsultasi, ternyarta banyak pelajar yang terlibat persoalan-persoalan yang menjadi momok bagi orang tua dan para guru ini. PASTOR Yan  Oratmangun selaku ketua Tim Activist go To School  kepada koran ini membenarkan adanya kegiatan dimaksud. Dirinya menjelaskan  kalau kegiatan ini sudah dimulai sejak 23 Maret 2011, namun terhenti sejenak menunggu selesai Ujian Akhir Nasional (UAN).

Menurutnya dari kegiatan ini ditemui kasus dimana  pelajar sudah menggunakan narkoba suntik  (Jenis Putau), dan mereka tidak tahu resiko apa  yang bakal dialami, pelajar  sudah sering menonton Film Porno   dan sudah sering  melakukan hubungan sex  yang mengakibatkan kehamilan, bahkan sudah ada yang melakukan  abortus.
Pelajar laki-laki sudah sering onani atau oral sex, pelajar sudah   berpacaran lebih dari 50 kali  dan sudah melakukan hubungan sex, pelajar  sudah terkena penyakit kelamin dan banyak pelajar  yang membutuhkan konsultasi khusus.
‘’Ada banyak temuan kasus yang kami dapati setelah melakukan kegiatan sosialiasi untuk tahap pertama  di delapan sekolah. Ini dibuktikan dengan SMS kepada tim fasilitator setelah kegiatan dan angket yang dijalankan selama kegiatan berlangsung,’’ujarnya.
Ia menjelaskan, tim membuka layanan khusus SMS persoalan Kespro HIV/Aids dan trafiking serta Narkoba, dan banyak sekali SMS yang masuk untuk sekedar berkonsultasi.
Thema dari kegiatan ini, lanjut Oratmangun adalah Kesehatan Reproduksi,HIV/Aids, Trafiking ’’Kenali dan Tangani”, dengan maksud mengadakan kegiatan sosialisasi sebagai tahap pertama untuk mengenalkan kepada para pelajar apa yang ada di diri mereka, dan bagaimana menjalin hubungan yang sehat tanpa merusak tubuh kita sendiri, serta mencari solusi bagi tiap masalah yang dihadapi, kemudian, tim akan melakukan kegiatan lanjutan berupa pelatihan penyuluh sebaya kepada perwakilan sekolah-sekolah yang sudah dilakukan sosialisasi.
‘’ Intinya, sesuai thema kami di bagian akhir, ‘Kenali dan Tangani’, itulah yang kami lakukan, jadi ada sekitar 16 sekolah yang akan digunakan sebagai motivator bagi sekolah lain untuk bisa mengadakan kegiatan yang sama, karena kami melakukan secara gratis, tidak memungut biaya dari sekolah, kita menggunakan dana pribadi kita dan tidak memasukkan proposal kepada pemerintah atau kemanapun, bahkan kita juga akan mengirimkan dokumentasi sebagai arsip serta memberikan setifikat kepada perwakilan penyuluh sebaya dan membantu Osis dan BK dalam program yang ada kaitannya dengan peran Lembaga kami,’’ungkapnya.
Delapan sekolah, yang sudah mendapat sosialisasi, lanjutnya,  masing-masing 4 SMP dan 4 SMA/SMK, yakni  SMP Negeri 17 Ambon,SMP Kartika XIII Ambon, SMP Xaverius Ambon, SMP Negeri 5 Ambon, SMK Negeri 1 Ambon, SMA Kartika Ambon, SMA Persiapan 14 Ambon, SMA Siwalima Provinsi Maluku, dengan jumlah audens 1.112 orang, terdiri dari  siswa 1.054 orang dan guru 58 orang, semuanya dikarenakan pihak pimpinan sekolah dan jajarannya yang turut berpartisipasi, minggu ini juga akan dilaksanakan sosialisasi tahap Kedua yang berlangsung di SMA Negeri 6 Ambon.
Diagendakan hari ini, tim akan melakukan sosialisasi di SMK Negeri & Ambon, sebuah seokolah yang belakangan dihebokan dengan video prono yang diperankan salah satu siswi di lembaga itu.
Pada prinsipnya, lanjut Oratmangun, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengidentifikasikan persoalan-persoalan yang muncul akibat melakukan free sex, abortus tidak aman, penggunaan Narkoba, HIV/Aids dan akibat trafiking di kota Ambon pada lingkungan sekolah,merumuskan akar munculnya masalah, apakah itu karena kemiskinan, pendidikan, sistem hukum atau perilaku aparatur yang memungkinkan hal di maksud, merumuskan langkah-langkah strategis untuk mengurangi kasus yang sedang terjadi pada anak sekolah.
‘’ Kami juga nantinya akan mendesak munculnya kebijakan public di daerah khususnya di lingkungan pendidikan, untuk memasukkan pembelajaran tentang kesehatan reproduksi sebagai muatan local di sekolah,’’imbuhnya.
Selain itu untuk kasus trafiking anak, isunya memang sangat rumit sebagian kasus yang muncul di media, bahkan tidak memenuhi prasyarat dari perdagangan anak,dan hanya dapat dijerat dengan  pasal pidana penculikan, adopsi illegal, pemalsuan dokumen dan sebagainya, dalam banyak kasus, para pejuang anak hanya bisa mengatakan bahwa praktek tersebut punya ‘indikasi trafiking’ meski pelakunya diganjar berat. Kemiskinan umumnya dituding sebagai penyebab trafiking , padahal itu hanya salah satu pemicunya.
‘’Kita harus jeli saat anak tidak ragu dan tidak marasa tabu lagi bicara menstruasi, keputihan, mimpi basah dan lainnya,  inilah pintu masuk pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja, dibukanya tabir tabu ini, asal dilakukan dalam kelas dengan informasi lengkap dan bertanggungjawab, akan menjadi sebuah pengetahuan luar biasa bagi remaja, sehingga mereka punya tameng untuk melindungi organ reproduksi dan kesehatan mereka, agar terhindar dari HIV/AIDS dan Trafiking,’’ demikian Oratmangun. (**)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun