Merantau adalah keputusan besar yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Saya, seorang anak desa yang tumbuh dengan kehidupan sederhana, tidak pernah membayangkan akan meninggalkan kampung halaman untuk melanjutkan pendidikan di kota besar seperti Yogyakarta. Namun, hidup membawa saya pada jalan yang tidak terduga, hingga akhirnya saya diterima di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melalui Beasiswa Kader Unggulan Muhammadiyah dengan bekal sebelumnya aktif di Organisasi Otonom Muhammadiyah dan mempunyai latar belakang dari keluarga Muhammadiyah yang banyak memberikan motivasi untuk melanjutkan setiap langkah perjuangan mereka dalam memberikan banyak kebermanfaatan melalui Organisasi Muhammadiyah.
Keputusan untuk merantau bukanlah hal yang mudah. Saat itu, saya tidak punya siapa-siapa di Yogyakarta. Tidak ada keluarga atau teman yang bisa menjadi tempat bersandar di tengah kesulitan. Namun, panggilan untuk belajar dan mengembangkan diri sebagai kader Muhammadiyah mengalahkan segala keraguan. Dalam hati, saya meyakinkan diri bahwa ini adalah kesempatan yang harus saya manfaatkan sebaik-baiknya.
Ketika pertama kali tiba di Yogyakarta, saya merasa seperti ikan kecil di lautan luas. Kota ini begitu asing dan ramai. Semua serba baru, mulai dari lingkungan, budaya, hingga gaya hidup. Namun, dengan doa dan tekad yang kuat, saya mulai belajar menyesuaikan diri. Setiap langkah yang saya ambil, saya yakini sebagai bagian dari proses pembelajaran.
Sebagai penerima beasiswa kader, saya merasa memiliki tanggung jawab besar, tidak hanya untuk belajar dengan baik tetapi juga untuk aktif berkontribusi. Saya pun memutuskan bergabung dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Di IMM, saya menemukan keluarga baru yang memberikan dukungan moral dan intelektual. Organisasi ini mengajarkan saya banyak hal, mulai dari bagaimana cara memimpin, menyusun program kerja, hingga berpikir kritis tentang isu-isu sosial dan keagamaan. IMM juga menjadi tempat di mana saya belajar mendengarkan dan menghargai perbedaan. Dalam setiap diskusi dan kegiatan, saya merasa semakin tumbuh sebagai individu yang tidak hanya peka terhadap lingkungan sekitar tetapi juga memiliki semangat untuk berkontribusi bagi masyarakat.
Sebagai mahasiswa, fokus utama saya adalah belajar. Menjadi penerima beasiswa bukan hanya sebuah kebanggaan, tetapi juga tanggung jawab besar. Saya berusaha menjaga amanah ini dengan belajar giat dan berprestasi di bidang akademik. Ada kalanya saya merasa lelah dan rindu rumah, tetapi saya selalu ingat bahwa setiap usaha yang saya lakukan adalah untuk masa depan yang lebih baik. Kini, di semester akhir, saya sedang menghadapi tantangan terbesar dalam perjalanan akademik saya yakni menyelesaikan skripsi. Proses ini penuh lika-liku, mulai dari mencari referensi, menyusun proposal, hingga menghadapi revisi. Meski begitu, saya menikmati setiap prosesnya. Bagi saya, skripsi bukan sekadar tugas akhir, tetapi sebuah perjalanan intelektual yang mengajarkan banyak pembelajaran dalam berproses.
Meski Yogyakarta telah memberikan saya banyak pengalaman dan pelajaran berharga, hati saya selalu terpaut pada kampung halaman. Saya bercita-cita untuk kembali dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat serta Muhammadiyah di desa saya. Saya ingin menginspirasi generasi muda di kampung untuk berani bermimpi dan berjuang meraihnya, sebagaimana saya melakukannya. Saya juga berharap bisa banyak berkontribusi untuk organisasi Muhammadiyah dimanapun saya berada. Dengan bekal ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan, saya ingin membantu memperkuat dakwah dan program-program pemberdayaan masyarakat.
Perjalanan ini mengajarkan saya bahwa merantau bukan hanya tentang berpindah tempat, tetapi juga tentang memperluas wawasan dan pengalaman. Setiap langkah yang saya tempuh, setiap tantangan yang saya hadapi, semuanya membentuk saya menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih peduli. Semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang sedang merajut mimpi, bahwa dengan tekad dan doa, tidak ada yang tidak mungkin. Merantau memang berat, tetapi manfaatnya akan terasa sepanjang hayat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H