Oleh: Saikhunal Azar, S.Pd., M.Pd
Saat ini, kita hidup di zaman yang dinamis dan penuh dengan perubahan. Generasi saat ini, anak-anak muda masa kini, adalah saksi dari pergeseran besar dalam perkembangan teknologi dan cara kita hidup. Salah satu fenomena menarik yang patut kita perhatikan adalah era Society 5.0.
Society 5.0 adalah konsep yang lahir dari Jepang dan mencerminkan tahap evolusi masyarakat berdasarkan peran teknologi. Sebelumnya, Â kita telah melalui beberapa era seperti Society 1.0 yang berfokus pada pertanian, Society 2.0 yang ditandai oleh revolusi industri, Society 3.0 dengan internet, dan Society 4.0 yang mengintegrasikan kecerdasan buatan dan teknologi canggih.
Generasi Z, sering disingkat menjadi Gen Z dan dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai Zoomers, adalah mereka yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Sebagian besar Generasi Z adalah anak-anak dari Generasi X atau Milenial yang lebih tua. Generasi Z lahir pada awal Abad ke-21, dan sebagai generasi pertama yang tumbuh dengan akses Internet dan teknologi digital sejak usia muda.
Para peneliti dan media populer menggunakan pertengahan hingga akhir tahun 1990-an sebagai tahun awal kelahiran dan awal tahun 2010-an sebagai tahun akhir kelahiran Gen Z. Adapun klasifikasi rentang tahun kelahiran Gen Z atau Generasi Z yang digunakan di Indonesia berawal dari tahun 1997 hingga 2012 berdasarkan data resmi yang ditetapkan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia pada Sensus Penduduk tahun 2020.
Sebagai generasi sosial pertama yang tumbuh dengan akses ke Internet dan teknologi digital portabel sejak usia muda, Gen Z, meskipun belum melek digital, telah dijuluki "digital native" atau orang-orang yang tumbuh bersamaan dengan reformasi digital.
Di seluruh dunia, Gen Z menghabiskan lebih banyak waktu dengan smartphone. Gejala ini semakin memperparah kondisi penurunan minat baca dan semangat belajar pada Gen- Z. Fenomena tersebut mengubah keadaan 180 derajat dibandingkan generasi sebelumnya.
Hal tersebut menimbulkan dampak buruk pada perkembangan kognitif dan mental anak. Indikasi kuat terhadap hal tersebut dibuktikan dengan menurunnya penguasaan kosakata terutama pada bahasa ibu atau bahasa daerah setempat. Selain itu juga terjadi penurunan prestasi akademik akibat budaya belajar yang menurun seiring dengan menurunnya minat baca, terutama pada bacaan literatur dan buku akademik. Parahnya lagi terjadi penurunan sosial emosional yang mengakibatkan rendahnya kepedulian terhadap sesama. Sehingga anak menjadi tidak peduli dengan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H