Oleh: saiful yazan samsan
Lusa Pileg, Masih Adakah Harapan itu ?
Lusa tanggal 9 April 2014 hari yang bersejarah, dihari itu akan ada hajatan nasional pemilihan legislatif, bagi yang merasa tidak mau atau tidak akan memilih dengan berbagai alasan mungkin hari itu hari yang biasa-biasa saja tiada beda dengan hari lainnya, namun sebenarnya hari itu hari hari yang istimewa untuk menentukan arah kehidupan politik Indonesia, Indonesia rumah kita.
Di kehidupan sosial masyarakat saya menyempatkan waktu untuk berbincang untuk mengetahui sampai sejauh mana tanggapan atau kesiapan teman-teman, keluarga dan handai taulan menyambut hari raya demokrasi ini.
Faktanya sampai hari ini sampai saya mengetik tulisan ini banyak kerabat yang belum menentukan pilihan .. nampaknya sebagian besar dari mereka ingin menentukan pilihan jika sudah ada Calon Legislatif (caleg) yang memberikan imbalan, itulah faktanya ditempat saya entahlah ditempat lain.
Ada juga kelompok yang beranggapan pemilu seperti ini dari masa ke masa sama saja, tidak akan mampu merubah bangsa ini kearah yang lebih baik. Saya maklum pemahaman seperti ini tadinya saya juga berfikiran yang sama.
Namun jika saja kita-kita ini sedikit tenang dan ingin menyimak apa masalah yang krusial sehingga bangsa kita terpuruk begitu parah, kekayaan alam kita baik di darat maupun lautan yang begitu melimpah masih tidak mampu mensejahterakan rakyatnya, ada apa,,?
Saya melihat ini faktor kepemimpinan nasional tepatnya lagi kepemimpinan presiden, jika saja seorang presiden punya gelora yang ruaar biasa untuk membangun negeri ini niscaya hal itu akan tercapai, selama ini kan yang menjadi keterpurukan bangsa ini karena masalah KORUPSI, bisa anda lihat sebagian besar pejabat tinggi dengan berani melakukan hal ini, tidak tanggung-tanggung LHI presiden Partai yang mengaku Islamispun tidak segan melakukannya bahkan AQIL MOCHTAR orang yang kita hormati melakukan hal yang sama.....
Lantas mengapa ini bisa terjadi ???
Jawabannya jelas karena para KORUPTOR tidak merasa takut meskipun ketahuan meskipun tertangkap tangan, hukumannya sangat ringan, keluar bui uang masih berlimpah.
Untuk kedepan mari kita memilih presiden yang 'berani intervensi' hukum yang berani 'menjewer' jika ada bawahannya sebut saja KPK atau Kejaksaan atau Kepolisian yang melakukan jual beli hukum, selama ini khan presiden tidak melakukan hal itu karena katanya tidak boleh intervensi masalah hukum.