Rosa sangat gembira menyambut kedatangan Danis Kenthok di sebuah wisma pelacuran di Puger. Janji membuatkan Facebook buat Rosa ditepati malam itu. Kebetulan bukan malam minggu, jadi ruang tamu wisma sepi dari pengunjung.
Senyum indah yang tergaris pada bibir seksi Rosa, seperti sedang menyambut sang kaisar yang baru datang dari medan perang.
Entahlah, kenapa Rosa terlihat begitu romantis menyambut kedatangan Danis Kenthok. Padahal Cuma sekali saja bertemu. Karena gantengkah dia, baikkah, atau itu hanya anggapan semu Danis Kenthok yang sedang menderita penyakit Jablay kronis?
Rosa menarik tangan Danis Kenthok untuk duduk ditaman wisma, sebab diruang tamu suara musik dangdut koplo cukup mengganggu percakapannya.
Saat Danis Kenthok duduk di kursi taman, aliran darah kelelakiannya mulai memenuhi saraf sensitif dan otak kotornya.
Rosa malam itu terlihat begitu cantik dimatanya, bagai bidadari yang tak bisa kembali ke kahyangan lantaran selendangnya telah dicuri orang.
Penampilannya tak kalah dengan Purel-purel yang bertarif jutaan. Tangan dan betisnya terlihat begitu bersih dan mulus. Sungguh jauh berbeda jika dibanding dengan para pelacur yang mangkal di persawahan Desa Kasiyan.
"Sampean mau minum apa mas Danis?" Tanya Rosa dengan nada suara manja, dengan gestur layaknya perempuan priyayi.
"Aku pesan kopi saja" Danis mencoba bersikap wibawa bak bangsawan mengimbangi gaya kepriyayian Rosa, walaupun masih saja tampak kegugupannya.
Tak lama kemudian Rosa keluar membawakan secangkir kopi. "Sampean tunggu disini dulu, ya? Aku masih mau Sholat Isyak. Habis Sholat, ajari Rosa bikin facebok, loh!"
Wusshh!!Â
Kata Sholah Isyak yang keluar dari mulut Rosa menghempas udara kotor yang memenuhi otak Danis Kentok. Urat syaraf yang menegang menjadi mengkerut kembali.