Mohon tunggu...
Saiful Marbun
Saiful Marbun Mohon Tunggu... profesional -

Nil

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sungai Thames London: Contoh Tranformasi Kotor ke Paling Bersih di Dunia

14 Mei 2012   11:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:18 4483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah seorang rekan bertanya kepada saya, "mungkin ga sungai yg udah tercemar berat bisa bening lagi airnya?”. Berangkat dari pertanyaan itu saya melakukan riset, dan pikiran sayapun melayang mencari jawabannya. Kemudian pengalaman di Eropa memenuhi benak saya khususnya Kota London dengan Sungai Thames-nya. Dari situ saya langsung menjawab “sangat mungkin”. Sekarang ijinkanlah saya bercerita mengenai Sungai Thames yang akan saya jadikan sebagai contoh berhasilnya program pembersihan sungai yang dulunya sudah tercemar berat. Sungai Thames merupakan sungai yang mengawali sejarah Kota London berdiri. Kota ini dibangun oleh Kerajaan Romawi di abad 43 AD saat mereka menjajah wilayah Inggris, awalnya kota ini bernama Londonium. Sungai Thames berperan sangat penting terhadap penyediaan protein ikan bagi penduduk kota selain untuk air minum, pengairan lahan pertanian dan juga transportasi.

Dewasa ini, Sungai Thames lebih banyak dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata. Para wisatawan yang berkunjung kesana tidak akan melewatkan tur mengarungi sungai dengan kapal. Walaupun harus merogoh “kocek” sekitar 15 Euro per trip. Tur ini akan membawa para turis melintasi beberapa ikon pariwisata terkenal di kota London, seperti Gedung Parlemen Kerajaan InggrisJembatan LondonLondon Eye (mirip seperti wahana kincir di Ancol) , Menara London, Gereja Katedral St Paul dan juga pasar ikan Billingsgate yang dulunya adalah pasar ikan terbesar di Inggris. Namun dibalik keindahan sungai ini ternyata ada cerita buram yang mengisi sejarah mengalirnya sungai ini di Kota London. Membengkaknya populasi penduduk ditambah revolusi industri di Inggris, memperparah kondisi sungai. Sungai menjadi tempat penampungan limbah rumah  tangga (termasuk kotoran manusia) dan industri yang mengakibatkan sungai tercemar berat. Sejarah mencatat berbagai kejadian buruk yang menimpa Kota London akibat kondisi Sungai Thames yang sangat tercemar. Dimulai dari tahun 1932 ketika wabah kolera menjangkiti penduduk kota, tercatat ribuan orang meninggal akibat penyakit tersebut. Kemudian ketika musim panas di tahun 1858 sungai ini mendapat julukan baru sebagai “the great stink” atau ‘the big stink” karena bau menyengat yang berasal dari sungai. Kandungan H2S yang sangat tinggi  mengakibatkan sungai berbau seperti telur busuk. Pada tahun 1878 sebuah kapal bermesin uap bernama Princess Alice yang membawa sekitar 600 orang penumpang terbalik di sungai ini akibat sebuah tabrakan. Seluruh penumpang diberitakan meninggal bukan karena tenggelam, namun karena menghirup racun yang terkandung di air sungai yang tercemar berat. Tahun 1957 sungai tersebut dideklarasikan sebagai sungai yang mati secara biologis, dimana kehidupan baik ikan maupun burung tidak ditemukan lagi disana. Hal tersebut diakibatkan oleh rendahnya kadar oksigen terlarut di air sungai serta racun yang terkandung dari polusi. Sejak sungai ini dideklarasikan sebagai “The Great Stink” atau “Bau Besar”, pemerintah Kota London terlebih anggota parlemen berusaha keras mengatasi masalah polusi di Sungai Thames. Apalagi bau busuk dari sungai selalu tercium sampai ke ruangan para anggota parlemen. Sejak itu pemerintah mulai mencanangkan berbagai program pengelolaan sungai. Dimulai dengan mega proyek konservasi dan modernisasi sistem saluran pembuangan kotoran manusia, perbaikan sistem pembuangan limbah industri. Kemudian pemerintah membentuk berbagai otoritas yang bertugas untuk mengelola sungai, sumber air, banjir, polusi serta saluran pembuangan kotoran manusia.  Disamping itu berbagai peraturan diterbitkan guna mengatur segala kegiatan terkait pemanfaatan sungai dan pengendalian saluran pembuangan kotoran manusia. Tercatat sejak tahun 1970-an berbagai program tersebut mulai memperlihatkan hasil yang sangat memuaskan. Ikan dan burung mulai kembali ke sungai yang menandai pencemaran di sungai sudah mulai berkurang. Kerja keras yang dilakukan dalam waktu yang cukup panjang ternyata dapat dirasakan oleh penduduk London saat ini. Mereka bisa hidup bangga berdampingan  dengan salah satu sungai terbersih di dunia. Tercatat sekitar 125 jenis ikan berenang di sungai ini termasuk ikan salmon dan trout, selain itu sekitar 400 spesies hewan tidak bertulang belakang hidup di lumpur, di tengah, dan tepian sungai. Begitu pula dengan berbagai jenis burung. Sampai saat ini program bernama “Thames River Clean Up” atau “Pembersihan Sungai Thames” masih dilaksanakan. Tujuannya untuk meningkatkan kebersihan sungai dan mencegah pencemaran. Tenaga relawan, terutama masyarakat sekitar secara sukarela dan senang hati turut serta membersihkan sungai yang mereka cintai. Pengalaman London di masa lalu mungkin sama dengan apa yang sedang dialami oleh beberapa kota besar di Indonesia. Kondisi dimasa lalu sedikit sama dengan sungai Ciliwung yang membelah kota Jakarta. Sungai ini sedang menderita sakit kronis akibat pencemaran limbah industri dan rumah tangga. Sudah saatnya kita mencoba untuk mengembalikan keberagaman ikan-ikan dan makhluk air lain yang dulu hidup di aliran sungai tersebut. [caption id="" align="aligncenter" width="531" caption="Sungai Ciliwung, Jakarta"][/caption] Sudah saatnya pula pemerintah Indonesia khususnya Jakarta berupaya keras mengikuti jejak pemerintah Inggris khususnya Kota London mentransformasi Sungai Ciliwung dari kategori kotor ke salah satu yang terbersih di dunia. Sungai Thames saja bisa kenapa Sungai Ciliwung tidak bisa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun