Aplikasi Tiktok Cash dua pekan terakhir ini menyedot perhatian publik tanah air. Bagaimana tidak, dikabarkan hanya dengan enak-enak menonton video orang joget dan like beberapa akun bisa menghasilkan uang puluhan juta rupiah setiap bulannya. Wau, sangat menggiurkan bukan?Â
Orang awam yang belum kenal dengan praktik money game semacam ini pastilah akan buru-buru ikut bergabung. Â Seperti lumrahnya bisnis yang memakai modus skema ponzi, Tiktok Cash juga melibatkan atau setidaknya mencatut publik figur atau orang-orang tertentu yang memiliki jabatan untuk mendukung kampanye mereka, demi calon member yakin memutuskan join.
Sebelum pada akhirnya resmi diblokir oleh Kominfo pada 11 Februari 2021 yang lalu itu, Di lini masa media sosial Facebook beredar video salah satu anggota polisi lengkap dengan seragam dinasnya menunjukkan bahwa dia juga ikut bergabung dengan aplikasi yang menjanjikan banyak cuan dengan mudah itu. Â Di stori WA penulis juga berseliweran tangkapan layar dari grup WA para member Tiktok Cash, para member ini dengan PD nya pamer bahwa aplikasi yang mereka puja-puja itu sangat aman karena ada polisi yang juga ikut bergabung.
Belajar dari kasus yang masih hangat jadi perbincangan publik ini, penulis berharap institusi Polri secepatnya mengambil langkah cepat dengan memberikan edukasi kepada para anggotanya "yang masih awam" perihal money game yang berkedok aplikasi semacam Tiktok Cash ini.
Setiap tahun praktik money game selalu berevolusi menjadi bentuk baru yang pastinya bisa mengecoh mereka yang awam. Bila sekitar satu dekade yang lalu marak penipuan serupa seperti Profit Clicking dan MMM yang juga sudah menelan banyak korban, sekarang money game diberbarui lagi modelnya sehingga terlihat lebih realistis karena seolah-olah para member punya pekerjaan di aplikasi itu.Â
Tiktok Cash, Vtube, Tiktok Hot, dan aplikasi money game lainnya nyatanya telah berhasil mengelabui orang-orang awam tidak terkecuali beberapa anggota polisi yang seharusnya bisa menjadi pengayom dan pelindung masyarakat, alih-alih mengampanyekan bisnis yang menjanjikan malahan Pak Pol secara tidak langsung dimanfaatkan oleh para upline money game tersebut untuk jadi duta mereka.
Yah, Pak Pol itu mungkin tidak salah, karena bisa jadi masih sangat awam soal bisnis digital. Dengan menonton video/iklan/like mereka menganggap bahwa itu adalah sebuah pekerjaan, padahal itu hanya akal-akalan saja oleh pihak pembuat aplikasi money game. Tugas atau misi atau yang mereka sebut pekerjaan itu didesain sedemikian rupa agar aplikasi terkesan menyediakan lapangan pekerjaan. Mereka para member baik yang sadar maupun tidak sadar memperoleh uang tidak lain hanyalah bersumber dari pendaftaran member-member baru yang ikut join setelahnya.
Tulisan ini tentu tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan institusi Polri, tapi sebagai bentuk unek-unek penulis pribadi menyikapi fenomena ini, dan semoga bisa memberi sudut pandang yang baru dalam melihat kasus money game yang selalu terulang lagi dan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H