Mohon tunggu...
Saifullah Kamalie
Saifullah Kamalie Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya seorang penerjemah Arab-Indonesia, Indonesia-Arab, pernah menjadi dosen penerjemahan Arab di Fakultas Sastra Universitas Al Azhar Indonesia. Meraih gelar PhD dari Universiti Malaya, Malaysia dengan disertasi tentang penerjemahan kolokasi bahasa Arab ke bahasa Melayu.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Makna Sebenarnya dari Idul Fitri

9 September 2011   07:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:07 1926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Frasa Idul Fitri berasal dari bahasa Arab. Keduanya merupakan nomina, yaitu `Id dan al-Fitr. Kata id sendiri sudah masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dengan lema sebagai berikut:

1id n hari raya; perayaan: salat --

Demikian juga nomina fitri.

1fit·ri Ar a 1 berhubungan dng fitrah (sifat asal); 2 berhubungan dng berbuka puasa. Guna mendapatkan pengetahuan yang lebih luas tentang makna nomina `id ini, silakan simak kutipan dari Kamus Arab-Inggris karangan Hans Wehr berikut: Para penceramah, termasuk para ustaz, kiyai atau pemuka agama Islam tidak sedikit yang mengupas frasa Idul Fitri sebagai "kembali kepada fitrah, kembali kepada kesucian". Mereka mengira nomina `id merupakan bentuk derivatif  dari verba `a:da ya`u:du yang berarti kembali: Dari gambar di atas, bentuk nomina dari verba `a:da hanya tiga buah, yaitu `aud, `audah, dan ma`a:d. Nomina id merupakan bentuk nomina sejak awal (dari sononya sudah berbentuk nomina, bukan bentuk derivatif). Sementara itu, kata fitri itu sendiri sama sekali tidak ada hubungannya dengan kesucian. Asal kata fitri dalam frasa Idul Fitri adalah al-fitr yang dalam kamus Hans Wehr dijelaskan sebagai berikut: Bunyi /i/ dalam kata fitri harus dibedakan apakah berasal dari Idul Fitri atau bentuk adjektiva dari nomina fitrah: Kata fitri dalam KBBI seperti tercantum di atas diberi dua makna, yaitu: 1 berhubungan dng fitrah (sifat asal); 2 berhubungan dng berbuka puasa. Makna pertama merupakan adjektiva dari nomina fitrah, sedangkan makna kedua berasal dari kata al-fitr 'fast breaking = berbuka puasa'. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan, makna Idul Fitri adalah Hari Raya Berbuka Puasa, dan bukannya "Hari Kepada Fitrah/ Kesucian". Kata fitri, baik bentuk adjectiva dari nomina fitrah maupun dari kata al-fitr, sama sekali tidak mengandung makna kesucian. Dengan demikian, ungkapan Hari Nan Fitri yang sering kita lihat dalam berbagai iklan selama bulan Ramadan adalah ungkapan yang menyesatkan (ditinjau dari segi linguistik).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun