Mohon tunggu...
Saifullah Kamalie
Saifullah Kamalie Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya seorang penerjemah Arab-Indonesia, Indonesia-Arab, pernah menjadi dosen penerjemahan Arab di Fakultas Sastra Universitas Al Azhar Indonesia. Meraih gelar PhD dari Universiti Malaya, Malaysia dengan disertasi tentang penerjemahan kolokasi bahasa Arab ke bahasa Melayu.

Selanjutnya

Tutup

Money

Karyawan Jadi Juragan (di Mekah)

4 Juli 2012   19:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:17 2068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13414690121339610053

[caption id="attachment_198927" align="aligncenter" width="336" caption="Mahmud Supriyatna alias Tata"][/caption] Nama: Mahmud Supriyatna Ttl: Rancaekek, Bandung 25 Maret 1985 Pemuda lulusan Pondok Pesantren I'anatush Shibyan, Plered, Purwakarta tahun 2005 yang akrab dipanggil Tata setelah selesai mondok, mengadu nasib di Jakarta. Setelah setahun menggeluti berbagai pekerjaan, Tata memperoleh informasi tentang visa bebas dari Mekah. Yang dimaksud dengan visa bebas adalah visa pekerja namun majikan memberi kebebasan kepada yang  bersangkutan untuk bekerja di mana saja. Visa bebas ini Tata tebus seharga 5000 Real Saudi. Ditambah ongkos tiket Jakarta-Jedah seharga Rp 3 jutaan dan ongkos proses keberangkatan di PT sehingga total biaya yang Tata keluarkan waktu itu mencapai 30 jutaan. Akhir bulan Februari tahun 2007 Tata yang waktu itu masih lajang terbang ke Saudi Arabia dan langsung menuju Mekah dan menemui rekannya yang mengirimi visa bebas. Berkat kenalan dengan warga Mesir di sebuah restoran, Tata mendapatkan pekerjaan sebagai resepsionis di sebuah hotel yang tidak jauh dari gerbang Universitas Ummul Qura. Gaji pertama yang Tata terima adalah 1200 Real Saudi (3,6 juta rupiah). Hotel Fajr, tempat Tata bekerja ketika itu belum lama beroperasi dan belum banyak dikenal pelanggan. Sampai tahun 2010 Tata bekerja sebagai resepsionis dengan gaji terakhir 1500 Real Saudi. Setelah tiga tahun bekerja, Tata berkesempatan pulang kampung tentunya dengan membawa keberhasilan. Modal tiga puluh juta sudah kembali dengan bekerja setahun. Jadi, selebihnya merupakan keuntungan dari gajih setiap bulan. Dengan sejumlah dana yang ia bawa, Tata bisa menikmati rumah hasil bekerja tiga tahun, selain beberapa bidang tanah darat dan beberapa petak sawah produktif. Selama cuti tiga bulan, Tata mengakhiri masa lajang dengan menikahi gadis Jawa Timur yang Tata kenal di Jakarta sebelum berangkat ke Mekah. Berbekal visa bebas yang ditebus seharga 6000 Real Saudi (18 juta rupiah), Tata memboyong sang isteri ke Mekah. Pada musim haji 2011, Tata memutuskan keluar dari Hotel Fajr untuk bekerja sebagai pemandu haji selama di Mekah. Jamaah haji yang Tata pandu kebanyakan berasal dari Singapura. Pendapatan memandu hari per hari adalah USD 100. Pekerjaan ini Tata geluti selama tiga mingguan. Usai bekerja sebagai pemandu, Tata bekerja sebagai pemasok makanan khas Indonesia ke berbagai toko yang berada di lingkungan pemondokan jemaah haji Indonesia. Makanan seperti pukis, martabak, kerupuk, rengginang, rempeyek, dadar gulung dan lemper Tata produksi sendiri dengan melibatkan dua orang tenaga kerja yang digaji per hari 50 Real Saudi. Pekerjaan ini Tata lakoni hingga akhir musim haji. Perolehan Tata bekerja mandiri sebagai pemandu, produksi dan memasok sejumlah makanan Indonesia selama musim haji mencapai 50 ribu Real Saudi (150 juta rupiah). Selesai musim haji, Tata ditawari kerja kembali di Hotel Fajr. Kali ini sang manajer menawarkan dua pilihan: sebagai karyawanan untuk mengelola Coffee Shop, atau sebagai penyewa. Sebagai karyawan, Tata ditawari gaji seperti sebelumnya, yaitu 1500 Real Saudi. Tata minta 2000 Real Saudi dan sang manajer tidak setuju. Akhirnya pilihan kedua Tata ambil, menyewa Coffee Shop seharga 1000 Real Saudi per bulan. Dengan mengambil pilihan kedua ini, kini Tata bukan lagi sebagai karyawan lagi, tetapi sebagai Juragan Coffee Shop yang  mampu menggaji seorang warga Bangladesh sebesar 300 Real Saudi. Gaji yang diberikan Tata ini hanya selisih 50 Real Saudi dengan gaji yang diterima oleh karyawan Dallah Barokah milik Milyarder Saudi, Saleh Kamil yang bekerja di katering yang memasok makanan di Universitas Ummul Qura, tempat penulis mengikuti pelatihan selama 45 hari. Tata hidup berdua dengan isteri tercinta di wilayah Aziziyyah, di rumah sewaan per bulan 700 bersih. Rumah dengan dua kamar ini sekaligus dijadikan pusat produksi aneka makanan ringan yang sehari-hari dipasok ke warung Jawa (maksudnya warung yang menyediakan aneka makanan Indonesia). Di luar musim haji makanan yang diproduksi hanya berupa kerupuk saja. Dengan penghasilan kotor per bulan 6000 Real Saudi, kini Tata bisa hidup sejahtera bersama isteri tercinta dan secara rutin mentransfer sejumlah dana kepada kedua orang tua di kampung halaman. Mahmud Supriyatna alias Tata dapat dihubungi melalui: HP +966558759517 Facebook: محمود انساني

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun