Tertarik dengan iklan yang cukup gencar, saya akhirnya beli PUREIT, Pemurni Air Tanpa Gas Tanpa Listrik. Sebetulnya di lingkungan saya tinggal sudah tersedia air siap minum, hasil olahan mesin reverse osmosis seperti yang digunakan oleh depot-depot isi ulang. Saya beli PUREIT, agar air dari mesin tersebut dikonsumsinya praktis ketika dituangkan ke gelas. Tampilan PUREIT memang cantik. Sehari-dua hari air hasil olahan PUREIT tidak masalah. Hari ketiga, air mengeluarkan bau bangkai cicak. Saya periksa, jangan-jangan ada cicak jatuh. Setelah diperiksa dengan seksama, benda yang dicurigai itu tidak ditemukan. Walau menurut petunjuk, hanya air isian pertama saja yang harus dibuang seluruhnya, kali ini saya ulangi. Seluruh air yang ada dalam PUREIT -- bukan hanya yang berada di wadah yang transparan, tetapi yang berada di bawahnya juga -- semuanya saya buang. Setelah beberapa lama, PUREIT saya isi lagi. Setelah beberapa jam, wadah transparan kembali terisi dan airnya tidak berbau. Namun, betapa saya kagetnya ketika di sore harinya saya tuangkan air PUREIT, bau busuk itu kembali tercium. Ketika saya berada di kantor, pada siang harinya saya sempat sampaikan kepada sales. Menurutnya, saya dianjurkan untuk menguras PUREIT sampai lima kali. Lho? Di buku pedoman tertulis, cukup sekali. Jika dalam iklan disebutkan, PUREIT Tanpa Gas dan Tanpa Listri, ungkapan ini memang terbukti, tetapi jika disebutkan bahwa airnya tidak berbau.... silakan datang dan buktikan sendiri di rumah saya sekarang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H