Allah Swt. berfiman, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (Alquran surat At Tahrim: 6)
Nabi Muhammad saw. bersabda, "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci bersih. Kedua orang tuanyalah yang menyebabkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (H.R. Bukhari dari Adam Abi Dza'b dari Zuhri dari Abi Salamah ibn Abd. Rahman dari Abi Hurairah r.a.)
Sebagai bangsa, kita saat ini sedang menghadapi masalah dekadensi moral yang luar biasa. Anak sulit sekali patuh kepada orangtua. Susah kita temui anak yang membungkukkan badannya ketika lewat di depan orangtuanya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya yang lebih tua.
Apalagi, adegan anak mencium tangan orang tua sebagai tanda hormat kaum muda kepada yang lebih tua amat sangat susah kita temukan saat ini.
Demikian juga siswa hingga mahasiswa. Mereka sukar sekali menghormati guru atau dosennya. Mereka anggap pengajar itu sebagai teman. Bahkan, ada yang menganggapnya sebagai musuh sehingga berani menghajar sang guru. Itu belum termasuk pergaulan muda-mudi yang sudah bebas bablas dalam bergaul.
Tak ada rasa malu di hati mereka bila bermesraan di depan umum. Sampai-sampai ada yang bilang, "Siapa yang malu? Yang bermaksiat atau yang melihat? Na'uudzubillaahi min dzaalik!.
Keadaan demikian tentu tidak bisa kita biarkan berlarut-larut. Apa jadinya bangsa kita bila kemaksiatan dalam bentuk penurunan kualitas moral itu terus menggerus?
Bukankah bila kemaksiatan telah merajalela menjadi alasan kuat bagi Allah untuk mengazab bangsa kita? Kita pasti tak mau itu terjadi, bukan? Lalu, bagaimana kita seharusnya mengatasi masalah kemerosotan moral bangsa?
Solusi yang tepat secara islami adalah kita kembali kepada tuntunan Allah dan rasul-Nya. Salah satu bentuknya adalah memahami dan mengamalkan kedua dalil naqli di awal tulisan ini. Di situ, Allah telah memberikan pemecah masalah tersebut.
Pertama, kita sebagai orang yang beriman kepada Allah harus menyelamatkan diri sendiri dari api neraka. Artinya, secara individual, kita wajib berusaha maksimal agar tak terjerumus ke dalam perbuatan kotor yang membuat kita memenuhi syarat sebagai penghuni neraka. Kita jauhkan diri dari laku maksiat.
Bila sebagai pribadi telah melaksanakan itu, berarti kita tidak menambah orang yang berbuat dosa di Indonesia tercinta. Malah, kita mencatatkan diri sebagai warga negara yang meningkatkan kualitas moral bangsa melalui penyucian diri dari hal yang hina dina.