"Diki, apakah kamu masih ingat ketika masuk SMP, kamu berkata ingin menjadi guru? Ayahmu sudah menyiapkan dana sekolah untukmu agar kamu menjadi guru." Ibuku mencoba membuka memoriku. Aku masih ingat dulu bahwa aku ingin menjadi guru tapi cita-cita itu telah tergantikan. Aku ingin menjadi seorang dokter.
"Sekarang bulatkan tekadmu agar kamu menjadi guru. Jangan goyah apa yang kamu inginkan." Ibuku terus memotivasiku agar aku kembali kepada keinginan yang telah bulat.
Waktu terus berlalu. Aku pun sudah nyaman bersekolah di SPG. Bukan hal mudah masuk ke sekolah ini. Terdapat serangkaian tes baik teori, praktik, wawancara, dan fisik. Tinggi badanku diukur, begitu pula berat badan. Tes tertulis mata pelajaran, lari, dan wawancara tentang motivasi.
Sepanjang perjalan sekolah, aku menjadi bintang kelas bahkan mewakili sekolah mengikuti lomba mata pelajaran. Ibuku selalu menjadi temanku. Ayahku pun menyemangatiku agar fokus sekolah.
Kini aku menjadi seorang guru. Ibuku orang yang sangat berjasa menemaniku pada saat aku membutuhkan seseorang yang harus menyemangatiku. Ibuku banyak memberikan penjelasan, menasihati, memotivasi, memberi jalan keluar pada saat aku sangat membutuhkannya. Aku sayang ibuku. (Sam)***