Dalam pemikiran ini al-maturidy akal memerlukan bimbingan ajaran wahyu untuk dapat mengetahui kewajiban-kewajiban jadi pengutusan rosul adalah hal niscaya yang berfungsi sebagai sumber informasi pandangan al-maturidy ini tidak jauh berbeda dengan pandangan mu'tazilah bahwa pengutusan rosul ke tengah-tengah ummat adalah wajib
i.Pelaku dosa besar
Al-maturidy berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal didalam neraka walaupun ia meninggal sebelum bertaubat. (Rozak, 2012:151-156)
A.Pemikiran penting asy'ariyah
Ada tujuh pemikiran penting asy'ariyah ialah
1.Tuhan dan sifat sifatnya
As'ariyah di hadapkan pada dua pandangan extrim mengenai sifat sifatnya allah di satu pihak dia berhadapan dengan kelompok mujassimah di lain pihak iya berhadapan dengan kelompok mu'tazilah yang berpendapat sifat allah tidak lain dengan esensinya. Memnghadapi dua kelompok tersebut al asy'ari berpendapat bahwa allah memang memiliki sifat-sifat itu seperti :mempunyai tangan dan kaki dan itu tidak boleh diartikan secara harfiyah melainkan secara simbolis, selanjutnya al ashari berpendapat bahwa sifat-sifat itu unik sehingga tidak dapat di bandingkan dengan sifat-sifat manusia tampaknya mirip.
2.Kebebasan berkehendak
Al as'ariyah mengambil pendapat yang menengah diantara dua pendapat yang extrim. Jabariyah dan qodariyah untuk menangani dan pendapat diatas al-ashari membedakan antara kholiq dan khas (perbuatan manusia yang diciptakan tuhan menurut al asy'ari Allah adalah pencipta perbuatan manusia sedangkan manusia yang mengupayakannya hanya Allah yang mampu mengerjakan segala sesuatu termasuk keinginan dan perbuatan manusia) jadi menurut Al-asy'ari perbuatan manusia bukanlah diwujudkan manusia sendiri  sebagai pendapat mu'tazilah tetapi diciptakan oleh tuhan
3.Akal, wahyu dan kriteria baik dan buruk
Meskipun Al-asy'ari setuju dengan mu'tazilah tentang perlunya penggunaan akal tapi dalam hal keimanan mereka berbeda dalam menjawab persoalan apakah ayat atau wahyu yang memiliki peranan utama untuk memahami ajaran-ajaran agama perbedaan dalam hal wahyu dan akal menyebabkan diantara Al-asy'ari dan mu'tazilah dalam menentukan baik dan buruk. Al-asy'ari berpendapat bahwa untuk menentukan baik dan buruk ialah berdasarkan wahyu