Mohon tunggu...
Saifudin Bachri
Saifudin Bachri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

senang dengan hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Puisi

CAHAYA KENANGAN

12 September 2011   14:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:01 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak kuasa saya melihat terangnya, yang disucikan dari kegelap. Ialah cahaya yang bersinar.

Bila cahaya yang menyinari hati, cahayanya dipantulkan keluar oleh hati yang terbuat dari kaca.

Menyinari malam, membimbing pada jalan yang gelap. Menghiasi pandangan dengan gemerlap cahaya.

Menjadi energi bila malam telah berganti siang, diolah oleh pohon-pohan yang hijau. Sehingga menghasilkan harum wangi semerbak, buah-buahan yang lezat. tak ayal jika burung-burung pun bernyanyi di ranting pepohonan.

Dia telah memberikan apa yang saya inginkan, sesuatu yang tak ku miliki, menghiasi kekosongan dengan cahayanya.

Cahaya itu diberi pakaian sehingga berwujud.

Wujud itu menghangatkan jiwa yang kedinginan.

Wujud itu menyejukan hati yang kepanasan.

Wujud itu menyegarkan fikiran dan tubuh.

Wujud itu memberikan tempat berpijak.

Wahai cahaya yang sudah berupah menjadi wujud, maukah kau bersamaku.

Sungguh indah bila dapat menyatu dennganmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun