Mohon tunggu...
Saifuddin Aman
Saifuddin Aman Mohon Tunggu... Editor - Saifuddin Aman, lahir di Demak Jateng 4/11/1962. Bekerja sebagai direktur Utama Penerbit Ruhama Tangerang Banten. Banyak menulis buku-buku agama dan motivasi. Pemerhati sosial, budaya dan pendidikan. Dan sekarang memberikan pelatihan BASHIRAH TEKNOLOGI PEMBERDAYAAN DIRI, yaitu sebuah teknik masuk ke dunia metafisik, healing, akses menuju harapan, kekuatan diri dan peningkatan spiritualtas.

Saifuddin Aman, lahir di Demak Jateng 4/11/1962. Bekerja sebagai direktur Utama Penerbit Ruhama Tangerang Banten. Banyak menulis buku-buku agama dan motivasi. Pemerhati sosial, budaya dan pendidikan. Dan sekarang memberikan pelatihan BASHIRAH TEKNOLOGI PEMBERDAYAAN DIRI, yaitu sebuah teknik masuk ke dunia metafisik, healing, akses menuju harapan, kekuatan diri dan peningkatan spiritualtas.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Jokowi Presiden Lagi

10 April 2019   08:45 Diperbarui: 10 April 2019   09:04 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

FIRASATKU: JOKOWI MENJADI PRESIDEN LAGI

Para ulama harus ambil bagian dalam pesta demokrasi memilih presiden dan wakil presiden. Tidak salah kalau sebagian ulama menyatakan diri mendukung Jokowi-KH Ma'ruf, dan tidak ada salahnya juga sebagian ulama menyatakan diri mendukung Prabowo-Sandi.

Dalam hal pilihan ini ulama tidak boleh netral yang berarti golput. Fatwa MUI menyatakan bahwa warganegara yang telah memperoleh hak maka dia wajib memilih pemimpin yang sesuai kriteria. Siapapun dia - termasuk Ulama - menyatakan pilihan secara terbukau karena menggunakan hak itu tidak berdosa.

Dalam memilih capres tentu harus menggunakan pertimbangan akal melihat jejak, prestasi, akhlak dan kebaikanya, juga mencari informasi sisi-sisi keburukan dan kejahatannya. Yang tidak boleh dilakukan oleh ulama dan setiap orang itu memojokkan salah satu capres dan cawapres secara tendensius, memfitnah, membuka aib pribadi, menakut- nakuti rayat, melemparkan keburukan yang tidak pernah dilakukan, menuduh curang dan memprovokasi umat untuk menciptakan kekacauan.

Apa beda ulama pendukung Capres/Cawapres No. 01 dan ulama pendukung Capres/Cawapres No. 02...? Sekarang ini kita tidak tahu, karena masing-masing punya alasan sendiri.

Kita akan tahu bedanya nanti setelah Capres/Cawapres terpilih dan menang dalam pemilu. Ulama yang pilihan Capres/Cawapresnya menang, merekalah ulama yang doanya dikabulkan Allah lantaran keikhlasan dan kejernihan hatinya, merekalah yang memiliki kecerdasan dan kesadaran spiritual (Ulul Albab), yg mempunyai hati nurani dan ketajaman firasat yang diberikan oleh Allah sebagai tanda "keulamaan" sejati.

Membaca fenomena dan euphoria ramainya deklarasi, secara pribadi saya meragukan ijtimak kelompok Ulama 212 setelah Prof Dr Yusril membongkar percakapannya dengan ulama Top Leadernya. Kalau benar ulama 212 memperjuangkan pemimpin muslim, mestinya Prabowo bukan pilihan karena mereka tahu Prabowo bukan muslim beneran. Dari sini dipastikan ulama 212 memilih karena syahwat politik. Dah gitu, satu demi satu beberapa alumni 212 mulai migrasi dan lepas dari keterikatan, bahkan ada juga personil ulama 212 yang dikandangi polisi karena tipu uang jamaah haji.

Jadi, Jika yang dipilih atau dijagokan ulama tersebut kalah, maka berarti doa ulama tersebut mardud karena kotor hatinya dan firasatnya mati. Itu terjadi karena ulama tersebut memilih pimpinan cuma menurutkan nafsu dan syahwat politik, juga karena adanya kebencian terhadap Capres yang dimenangkan Allah. Ulama tersebut cuma menggunakan pembenaran syahwatnya dengan menggunakan dalil agama, dan statemennya selalu atas nama Tuhan dan menjalankan syariat Islam. Sementara itu mereka tidak memiliki keselarasan kesadaran spiritualitas, yaitu kesadaran untuk menemukan hakikat yang dikehendaki Allah. Tidak nyambung sinyal kehendak Allah dengan radar yang ada dalam hatinya. Kita akan tahu nanti siapa-siapa ulama bersyahwat politik ketika jagonya kalah. Dan pada saatnya nanti mereka akan menyampaikan berjuat dalih.

Mestinya Firasatlah yang menuntun para Ulama untuk memilih dan memberi dukungan kepada Capres/Cawapres yg sesuai kehendak Allah. Karena firasat adalah bimbingan Allah. Rasulullah SAW bersabda: "Ittaquu firosatal mu'min, fainnahu yanzhuru binurillah, takutlah kamu kepada firasatnya orang beriman, karena dia melihat dengan cahaya Allah." Dan firasat saya menuntun saya untuk memilih Capres/Cawapres Jokow dan KH Ma'ruf Amin.

Dan karena itulah saya ajak kepada seluruh para pihak yang sudah punya hak pilih untuk Coblos No 01Jokowi Makruf Amin. In sya Allah diridhoi Allah dan menang.

Kita tunggu sesudah 17 April 2019 ulama mana yang doanya dikabul Allah dan ulama mana yang melihat dengan cahaya Allah. Kita lihat nanti siapa-siapa ulama yang dpanya ditolak Allah dan melihat dengan obor Setan . Lihat nanti buktinya..... setelah itu terserah Anda mau bilang apa....

(Tangerang, 5 April 2019. Simpan catatan ini dan kita buka kembali sesudah Pilpres)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun