Di Rumah Keluarga Saharja
Ken Angrok terbangun dari tidurnya saat dia mendengar pintu kamarnya diketuk-ketuk. Kamar penginapan ini tidak memiliki jendela sehingga Ken Angrok tidak tahu jam berapa sekarang. Tok! tok! tok!, "Ken... Ken Suryo..." terdengar suara memanggilnya dari balik pintu. Ken Angrok mengambil HP-nya dan melihat jam di sana, "Wah..., sudah siang! sudah jam 10 lebih...," pikir Ken Angrok sambil bangun lalu melangkah ke pintu untuk membukanya. "Seperti suara Tirta..." pikirnya lagi.
Ketika pintu di buka, Tirta langsung masuk sambil berkata, "Banru bangun Ken?"
"Lah, kon ga sekolah ta? (kamu nggak sekolah?)" kata Ken Angrok balik bertanya.
"Iya, biar memar-memarku ini hilang dulu," kata Tirta sambil duduk di satu-satunya bangku di kamar itu. Matanya berkeliling memandang seluruh kamar penginapan yang sederhana sekali itu. "Kamu bisa tidur di kamar seperti ini?" katanya pada Ken Angrok heran.
"Aku itu sudah terbiasa tidur di mana saja, asal merem sudah ndak kerasa," jawab Ken Angrok sambil duduk dipinggiran tempat tidur.
"Gimana Ken? Kamu jadikan tinggal ditempatku?"
Ken Angrok berdiri lalu mengambil rokoknya di atas meja dekat kursi Tirta, lalu katanya "Piye ya? Apa nanti ndak apa-apa aku tinggal di sana? Ndak ngeropotin bapak-ibu mu?"
"Gimana sih kamu ini, kemarinkan sudah dengar sendiri apa kata Bapak sama Ibuku. Aku ini ke sini karena ditelpon Bapak suruh cepet jemput kamu. Bapakku kuatir kamu pergi ndak bilang-bilang."
Ken Angrok menghisap dalam-dalam rokoknya, lalu menghembuskannya dengan pelan, "Ya sudah, aku akan coba tinggal di tempatmu. Mudah-mudahan aku bisa betah menetap di Kapundungan ini."
"Nah... gitu dong," kata Tirta senang mendengar perkataan Ken Angrok, "Sudah ga usah mandi dulu, nanti mandi di rumah saja!" lanjut Tirta.