Beberapa hari lalu, kita kembali dikejutkan oleh berita pelecehan terhadap anak di bawah umur yang dilakukan oleh Eks Kapolres Ngada, NTT, Kupang. Anak-anak yang seharusnya masih menikmati masa bermain justru kini mengalami trauma yang terus mengganggu hidup mereka.
Perilaku tersebut menunjukkan betapa tidak amannya perempuan Indonesia dalam bersosialisasi. Institusi keamanan yang seharusnya melindungi masyarakat, termasuk perempuan, justru memperlihatkan bahwa tidak ada ruang aman bagi perempuan dalam lingkungan sosial.
Permasalahan ini bukanlah hal sepele, tetapi tidak pernah ada upaya nyata dari pihak berwenang untuk menanganinya. Bahkan, sekecil upaya untuk mengedukasi masyarakat bahwa perempuan bukanlah mesin seksualitas.
Perempuan bukanlah komoditas, perempuan bukanlah alat. Jika ruang sosial sekecil tempat bermain saja tidak lagi aman, maka perempuan akan terus dihantui oleh ancaman pelecehan seksual.
Inti dari permasalahan ini bukanlah sekadar kebejatan perilaku polisi, karena itu selalu. Masalah utama adalah tidak pernah ada ruang aman bagi perempuan dalam menjalani hidupnya. Pelecehan seksual terus terjadi dengan pelaku yang berbeda-beda.
Menurut saya, solusi terbaik untuk permasalahan besar yang terus terjadi ini adalah memasukkan kurikulum tentang gender dan seksualitas ke dalam pendidikan "Sekolah Menengah Atas" (SMA). Pendidikan adalah cara terbaik untuk memperbaiki pola pikir yang salah, yang selama ini terus didoktrin oleh lingkungan sekitar kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI