Mohon tunggu...
Saiful Anam
Saiful Anam Mohon Tunggu... -

https://twitter.com/saif_anm

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jenderal Tua Penunggang Kuda

5 April 2014   15:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:03 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wiji Tukul bukan sekedar nama
tapi sebuah monumen keberanian
tentang penolakan pada fasisme kemiliteran...

Sebuah kenangan yang mengingatkan kita
agar tak lagi salah jalan
memilih jenderal tua penunggang kuda
yang siap menghujamkan pedang
pada siapapun yang berbeda pandang..

Cukuplah kenangan tentang semanggi, kudatuli, dan ninja,,
cukuplah adu domba etnis, pembunuhan, dan pemerkosaan,,
cukuplah tak perlu kita ulangi lagi..

Dia yang pernah melarikan diri ke Amman mencari aman,
tak layak memimpin negeri tercinta ini.

Jenderal tua sakit-sakitan
memimpin barisan kegelisahan
ditangannya belati teramat tajam
Siap menghujam

Aduh jenderal tua
Cukuplah dulu kau culik aktivis itu
atau penyair yang jasadnya tak pernah ditemukan
hanya karena sebuah puisi

Jenderal tua pemarah
Angkaramu pernah membakar kota
Dan tak akan pernah kulupa...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun