Wiji Tukul bukan sekedar nama
tapi sebuah monumen keberanian
tentang penolakan pada fasisme kemiliteran...
Sebuah kenangan yang mengingatkan kita
agar tak lagi salah jalan
memilih jenderal tua penunggang kuda
yang siap menghujamkan pedang
pada siapapun yang berbeda pandang..
Cukuplah kenangan tentang semanggi, kudatuli, dan ninja,,
cukuplah adu domba etnis, pembunuhan, dan pemerkosaan,,
cukuplah tak perlu kita ulangi lagi..
Dia yang pernah melarikan diri ke Amman mencari aman,
tak layak memimpin negeri tercinta ini.
Jenderal tua sakit-sakitan
memimpin barisan kegelisahan
ditangannya belati teramat tajam
Siap menghujam
Aduh jenderal tua
Cukuplah dulu kau culik aktivis itu
atau penyair yang jasadnya tak pernah ditemukan
hanya karena sebuah puisi
Jenderal tua pemarah
Angkaramu pernah membakar kota
Dan tak akan pernah kulupa...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI