Mohon tunggu...
Said Kelana Asnawi
Said Kelana Asnawi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen pada Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie

Dosen-Penyair, menulis dalam bidang manajemen keuangan/investasi-puisi; Penikmat Kopi dan Pisang Goreng; Fans MU

Selanjutnya

Tutup

Money

Kemacetan dan Produktivitas:

31 Maret 2019   21:07 Diperbarui: 3 April 2019   09:57 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Para pengelola perusahaan yang dapat mengelola beberapa aktivitas, jelas menunjukkan pemanfaatan satu waktu yang sama untuk berbagai aktivitas. Anda dapat memantau harga saham, menulis artikel, dan sekaligus membimbing mahasiswa pada waktu yang sama.

Setelah itu Anda dapat menikmati kopi Lampung sambil mendengarkan lagu kesayangan Anda. Pada kelompok pekerja produksi, mungkin jam kerja dapat dipadatkan dengan meminta lebih produktif. Tantangannya mungkin keraguan kita pada etos kerja karyawan yang ada. Beri target seperti biasa, namun beri pengertian untuk diselesaikan lebih cepat. Keuntungan hal ini dinikmati oleh pekerja dan perusahaan.

Untuk pekerja, dia memiliki waktu bebas lebih banyak, dan seyogyanya bisa dia nikmati atau untuk menambah produktivitas personalnya. Bagi perusahaan, jam kerja lebih pendek akan dapat menghemat biaya operasional, dan saat ini memiliki pekerja yang lebih cekatan. Diharapkan dengan tipe pekerja ini, perusahaan dapat meningkatkan daya saing.

Pertimbangkan Waktu Kerja
Untuk Jakarta yang akrab dengan kemacetan, mungkin sudah saatnya untuk mempertimbangkan waktu kerja dari 5 hari menjadi 4 hari dengan waktu kerja sama 36-40 jam/ minggu. Pemadatan jam kerja, seperti alasan di atas, akan memberikan manfaat baik bagi perusahaan dan pekerja.

Untuk pekerjaan yang dapat diselesaikan di luar kantor, beri kebebasan untuk diselesaikan tanpa harus ke kantor. Gampang, hokum saja. Pola kerja ini juga akan membantu masyarakat secara umum, yakni mengurangi hari macet. Tantangannya adalah jika teori ekonomi klasik DMP di atas berlaku, yakni hanya jam kerja yang bertambah, bukan produktivitasnya.

Untuk hal inilah maka perlu dievaluasi dulu apakah pekerjaan tersebut memang dapat diselesaikan dengan waktu yang ditambah, dan juga tentu saja, kesadaran dari pekerja itu sendiri tentang produktivitas. Apakah pengurangan hari kerja ini akan mengurangi layanan? Tentu saja tidak boleh berlaku hal seperti itu, bahkan sebaliknya, waktu layanan secara umum bertambah dua jam per hari atau 10 jam per minggu, dengan cara pengaturan waktu kerja dan informasi yang jelas. Tentu hal ini harus dikaji seksama terlebih dahulu.

Sering juga diungkapkan fenomena gunung es di mana kemampuan yang tampak dari seseorang hanya berkisar 20% saja, potensi yang perlu dikembangkan masih 80%. Potensi inilah sebagai salah satu sumber produktivitas. Alih-alih meminta gaji naik, sebaiknya perusahaan menaikkan gaji dari pekerja tipe ini dengan memberi syarat tingkat produktivitas yang diinginkan.

Pekerja itu akan merasa terhormat, dan perusahaan juga akan mendapatkan yang terbaik. Hal ini janggal/ jarang dilakukan, tetapi mungkin dapat dicoba. Setidaknya jika ada karyawan yang meminta naik gaji, tidak perlu ditolak, namun cukup disesuaikan lagi target kerjanya.

Walaupun buruk, dan tidak bermaksud setuju, biro jasa juga meningkatkan produktivitas bagi sebagian orang. Aturan birokrasi yang ribet/tidak jelas, menyebabkan penggunaan tangan lain menjadikan biaya lebih murah. Untuk hal ini, solusi peningkatan produktivitas, adalah dengan de-birokrasi, standar waktu yang lebih efisien, dan juga mungkin sistem on-line.

Yang tepat, jangan menghakimi orang yang ingin meningkatkan produktivitasnya, tetapi harus menciptakan system yang meningkatkan produktivitas. Pemerintah sudah mencanangkan Ayo Kerja. Tentunya yang dimaksudkan adalah kerja yang profesional, yakni mengerjakan sesuatu dengan waktu yang lebih pendek dan hasil yang lebih baik. Ayo kerja produktif! 

(sumber utama beritasatu.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun