Mohon tunggu...
Said Fauzi
Said Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamat Sosial, Politik dan Olahraga

Hoby membaca, menulis opini, basket. Kepribadian menyenangkan, enak diajak diskusi dan ramah.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Anomali Promosi Alat Peraga Kampanye Paslon Pilkada

28 Oktober 2024   11:26 Diperbarui: 28 Oktober 2024   11:26 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lembaga Survey LSl (Lingkaran Survey lndonesia)  Deny JA yang melakukan survey tanggal 5-12 Oktober 2024 terhadap Paslon Gubernur/Cawagub Provinsi Riau
Dari Survey yang dilakukan dengan Metodologi Survey Multi Stage Random Sampling terhadap 800 responden dengan Margin Error 3,5% dan setiap individu dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih.
Metode pengambilan data wawancara tatap muka dengan responden menggunakan kuesioner.

Menurut Direktur LSl Deny JA, Ardian Sopa, peran foto Ustadz Abdul Somad di spanduk atau poster salah satu paslon disebut turut menjadi penentu Paslon Abdul Wahid-SF Hariyanto menjadi Paslon dengan Survey tertinggi yang akan dipilih yaitu sebanyak 34,0%, disusul Paslon Syamsuar-Mawardi dengan 22,8% dan Paslon M.Nasir-Wardan dengan 10,8%.

Artinya, Endorsment Ustadz Abdul Somad terhadap Paslon Abdul Wahid-SF Hariyanto sangat berpengaruh.

Ada lagi yang menampilkan foto Bung Karno atau foto Jokowi sekalipun di poster atau spanduk Paslon.

Kalau ini tidak ada teguran dan dibiarkan  dari KPU, pada 2-3 kali Pilkada atau Pemilu ke depan, disaat cengkeraman oligarkhi makin menguat, bisa jadi dalam Pilkada atau Pemilu akan muncul foto Xi Jinping (Presiden China) mendukung Paslon minoritas (warga keturunan Tionghoa misalnya) baik di Pilkada ataupun Pemilu🙂.

Bisakah KPU menegur atau memberikan sanksi atas pelanggaran yang terjadi di atas?

Harusnya bisa, kalau memang KPU benar-benar tegas dan independence.

Mungkinkah akan semakin muncul Gubernur atau Presiden'  dari kaum minoritas (Keturunan Tionghoa atau Non Muslim)?.

Mungkin saja, jika mayoritas  Bangsa lndonesia tidak mengubah perilaku secara drastis yakni menjadi lebih jujur, profesional, tidak korupsi, tidak emosional dan bersikap "Welas Asih" (mencintai sesama).

Untuk Pilkada kita sudah melihat kaum minoritas yang sudah  jadi Gubernur seperti Cornelius yang pernah menjabat Gubernur Kalimantan Barat dan Ahok yang menjabat Gubernur DKl.
Dimana notabene mereka adalah warga minoritas Keturunan Tionghoa.

Untuk Presiden?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun