Mohon tunggu...
Saidatun Nia
Saidatun Nia Mohon Tunggu... Lainnya - Pengisi waktu luang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mari Mengenali Sebelum Menghakimi: Kecerdasan pada Anak Usia Dini

12 Oktober 2020   21:45 Diperbarui: 12 Oktober 2020   21:48 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa pun yag layak untuk diajarkan dapat disajikan dalam berbagai cara. Berbagai cara ini dapat memanfaatkan banyak kecerdasan kita" (Howard Gardner)

Sejak lahir sampai usia 3 tahun anak memiliki kepekaan sensoris dan daya piker yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman-pengalaman melalui sensorinya; usia satu setengah tahun sampai 3 tahun mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (Theo dan Martin, 2004).

Hasil-hasil studi di bidang neurologi mengetengahkan antara lain bahwa perkembangan kognitif anak telah mencapai 50% ketika anak berusia 4 tahun, 80% ketika anak berusia 8 tahun, dan genap 100%  ketika anak berusia 18 tahun (Osborn, White, dan Bloom). Studi tersebut makin menguatkan pendapat para ahli sebelumnya, tentang keberadaan masa peka atau masa emas (golden age) pada anak-anak usia dini.

Masa emas perkembangan anak yang hanya datang sekali seumur hidup tidak boleh disia-siakan. Hal itu yang memicu makin mantapnya anggapan bahwa sesungguhnya pendidikan yang dimulai setelah SD tidaklah benar. Pendidikan harus sudah dimulai sejak usia dini supaya tidak terlambat. Sehingga penting bagi anak untuk mendapatkan Pendidikan Anak Usia Dini (Martini, 2006).

Seorang youtuber yang memiliki akun Miss Trisha Channel menjelaskan terkait kecerdasan majemuk atau disebut juga dengan multiple intelegence ada di dalam diri setiap manusia. Kecerdasan menurut paradigma multiple intelegence dapat didefinisikan sebuah kemampuan yang memiliki tiga komponen utama, diantaranya:

  • Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

Cara mengetahui komponen pertama pada anak usia dini adalah ketika anak asik bermain lego dengan jumlah keseluruhan 35 biji lego, kemudian saat anak bermain legonya hilang sebanyak 5 biji anak akan berusaha mencari sampai ketemu, atau saat ada mainan yang rusak dan anak berusaha untuk memperbaikinya. Nah itu merupakan contoh dari komponen yang pertama.

  • Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru yang dihadapi dan kemudian dicoba untuk diselesaikan

Komponen yang kedua ini bisa dilihat saat anak bermain mobil-mobilan, anak akan melepas ban dari mobil-mobilan tersebut, kemudian di pasang lagi, dilepas lagi atau bisa juga diganti dengan ban yang lain. Anak melakukan hal demikian karena anak mengalami masa trial and error (coba-coba), anak melakukan hal tersebut karena anak penasaran.

  • Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang

Komponen ketiga ini biasanya kita jumpai saat kita melakukan aktifitas rumah kemudian tiba-tiba anak menawarkan kadang merebut aktifitas kita; menyapu, cuci baju, menjemur pakaian, cuci piring dst.

Miss Trisha menjelaskan kecerdasan majemuk yang terdapat pada anak usia dini dapat dideteksi melalui tingkah laku. Miss Trisha juga menjelaskan bahwa kecerdasan majemuk dibedakan dalam 9 kecerdasan, dan 9 kecerdasan ini belum tentu ada pada setiap diri manusia, artinya kita tidak boleh terpaku pada satu tipe kecerdasan tertentu. Ini sering terjadi pada pengasuh anak (orangtua dsb) beranggapan anak yang tidak dapat melakukan kehendak dari pengasuh anak akan dikatan "bodoh, gagal, dsb" padahal anak memiliki kecerdasan di lain sisi yang belum diketahu, kira-kira 9 kecerdsan tersebut ada apa aja sih?

Verbal Linguistik Intelegence

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun