Mohon tunggu...
Saidatun Nia
Saidatun Nia Mohon Tunggu... Lainnya - Pengisi waktu luang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ada Apa dengan Logika?

29 September 2020   00:02 Diperbarui: 29 September 2020   00:10 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Jangan melulu mengedepankan hati, logika juga mempunyai peran"

Kalimat di atas sudah tidak asing lagi, sering kita jumpai di quotes sosial media, terutama dikalangan remaja yang sedang dilanda asmara. Eits tapi dalam tulisan saya kali ini tidak membahas asmara loh ya, tapi membahas apa itu yang di maksud dengan logika. Apa itu logika?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, logika merupakan pengetahuan tentang berpikir; ilmu mantik; jalan pikiran yang masuk akal. Sedangkan menurut Copi (1982: 3) logika merupakan studi mengenai cara-cara dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk membedakan penalaran yang benar dari penalaran yang salah.

Kesimpulan yang saya ambil dari dua pengertian tersebut, logika merupakan pemikiran yang masuk akal yang dimana pemerannya adalah menggunakan nalar. Ihromi (1987: 3) menyatakan penalaran merupakan aktivitas berpikir yang khas sifatnya. Penalaran menyangkut poses penyimpulan yang di mulai dari hal-hal yang diketahui dan munculah hal baru yang belum pernah diketahui, yaitu dari premis ke kongklusi. Jadi, penalaran itu menyangkut aktivitas manusia untuk mencapai pengetahuan yang baru berlandaskan pengetahuan yang telah dimiliki.

Logika dibedakan menjadi dua jenis, yaitu logika deduktif dan logika induktif.

Logika deduktif adalah suatu metode berpikir yang yang menerapkan hal-hal dari yang umum ke khusus guna mencapai kesimpulan yang logis. Berpikir deduktif merupakan berpikir secara rasional, yang juga merupakan sebagian dari berpikir ilmiah.

Aristoteles (dalam Mundiri, 2000: 85-86) menyebut penalaran deduktif istilah silogisme. Aristoteles juga membatasi silogisme sebagai argument yang konklusinya diambil secara pasti dari premis-premis yang menyatakan permasalahan yang berlainan.

Soekadijo (1985: 40) menyatakan silogisme dalam logika tradisional digunakan sebagai bentuk standar dari penalaran deduktif. Contoh, Dunia anak usia dini adalah bermain; Dinda adalah seorang anak usia dini, maka dunia Dinda adalah bermain. Kesimpulan apakah dunia Dinda bermain atau tidak masih tergantung dengan kebenaran premis-premis sebelumnya.

Peran logika adalah untuk menetapkan pernyataan yang dijelaskan konsekuensi hukum logika (atau teori) yang bertindak menjelaskan hubungan dengan informasi yang lainnya. 

Meskipun sebuah pengetahuan diperoleh dari penlaran yang memenuhi hukum logika masih belum terjamin kebenarannya, namun logika tetap merupakan dasar untuk memperoleh pengetahuan yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun