Perjalanan dimulai pada pagi hari yaitu pukul 07.30 dari stasiun Lempuyangan dengan kereta Sri Tanjung tujuan akhir Banyuwangi. Perjalanan ini ditempuh selama kurang lebih lima belas jam. Sepanjang perjalanan, banyak sekali pedagang berlalu lalang menjajakan dagangannya, maklum yang namanya kereta ekonomi pasti tidak pernah luput dari riuhnya pedagang kereta yang saling berlomba-lomba menawarkan dagangannya. Stasiun demi stasiun dilewati, tujuan akhir stasiun Banyuwangi nampaknya masih jauh. Oh iya, jangan lupa siapkan uang receh sebelum berangkat karena selain banyaknya pedagang, pengamen dan pengemis tidak kalah ramenya. Terkadang ada juga peminta-minta yang sifatnya memaksa, tidak mau dikasih uang seratusan. Pengalaman pribadi nih, saya pernah ngasih uang seratusan ke peminta-minta di kereta itu tapi ditolak dan dikembalikan. Hmm sombong bener ya, kalau ngga mau dikasih uang seratusan mah ngga usah minta-minta kali hehe.
[caption id="attachment_214973" align="aligncenter" width="300" caption="penampakan tiket kereta Sri Tanjung - Dokumentasi Pribadi"][/caption]
Hari mulai gelap, stasiun demi stasiun pun terus dilalui dan akhirnya tujuan yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kami sampai di stasiun Banyuwangi pada pukul 21.30, yah meleset dikit lah dari yang tertera di tiket kereta. Sesampainya disana, perasaan campur aduk banget antara seneng, capek, bingung juga saking ramenya stasiun itu karna mungkin memang waktu itu adalah musim liburan jadi wajar lah banyak yang sedang atau pun akan liburan. Di kereta, kami banyak bertemu dengan para backpacker lain yang berasal dari bermacam-macam kota, seru banget apalagi sesama mahasiswa. Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Sekedar info nih, jarak antara stasiun ke pelabuhan Banyuwangi hanya sekitar 100 meter. Jadi, jika banyak tukang ojek, becak atau pun angkutan yang menawarkan tumpangannya mending ditolak saja, jalan kaki 100 meter deket kok apalagi kalo kita rame-rame pasti ngga bakal kerasa. Sebelum kami melanjutkan jalan kaki menuju pelabuhan, kami mampir ke salah satu minimarket di dekat stasiun. Minimarket tersebut ternyata sangat terkenal di kalangan backpacker yang bertujuan ke Pulau Bali dan sekitarnya karena sering dijadikan tempat transit dan belanja kebutuhan logistik.
[caption id="attachment_214974" align="aligncenter" width="300" caption="Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi - Dokumentasi Pribadi"]
Sekitar pukul 22.00 kami tiba di pelabuhan Ketapang Banyuwangi, kami membeli tiket kapal seharga enam ribu rupiah per orang. Harga ini merupakan harga untuk para pejalan kaki, untuk pengendara motor, mobil, maupun rombongan masih beda lagi. Kami memasuki kapal kami yang kebetulan sudah mau jalan. Hembusan angin laut menemani perjalanan kami. Berhubung handphone saya lowbat, saya charging handphone saya di kapal cukup dengan tiga ribu rupiah per jam nya. Satu jam perjalanan, akhirnya kami sampai di pelabuhan Gilimanuk Bali sekitar pukul 00.00 WITA atau pukul 23.00 WIB. Menurut info yang pernah kami dengar, kami dianjurkan naik bus tujuan Padang Bay dari pelabuhan Gilimanuk tersebut. Kami keluar pelabuhan dengan barang-barang yang cukup membuat pegel-pegel. Sekedar info, jangan lupa selalu membawa KTP (Kartu Tanda Penduduk) atau pun identitas lain kemana pun kita pergi. Di pos pelabuhan Gilimanuk selalu ada pemeriksaan KTP, jika ditemukan kita tidak membawa kartu identitas maka akan dikenakan denda. Denger-denger sih ini dilakukan semenjak adanya kejadian teroris di Bali 10 tahun silam.
Sampai di luar pelabuhan, kebetulan sekali ada bus berhenti sedang mencari penumpang. Setelah tawar-menawar akhirnya disepakati lah ongkos 45 ribu rupiah per orang dengan tujuan pelabuhan Padang Bay. Perjalanan darat tengah malam pun kami mulai. Setelah dua jam perjalanan, bus berhenti di terminal Denpasar. Ternyata bus tersebut berniat untuk mengoper kami ke mobil lain karena bus tersebut sudah mau pulang. Kernet bus meminta kami untuk pindah ke mobil lain yang akan mengantar kami menuju pelabuhan Padang Bay. Waktu demiwaktu, hutan demi hutan kami lalui. Sejenak memejamkan mata karena saking lelahnya perjalanan, saat membuka mata belum juga sampai ke tujuan kami. Akhirnya dini hari sekitar pukul 04.00 WITA kami tiba di pelabuhan Padang Bay. Sepanjang perjalanan kami mendapat info dari pak supir kalau selama empat hari pelabuhan Padang Bay tidak beroperasi atau tidak adanya penyeberangan menuju Lombok dan sekitarnya dikarenakan gelombang yang sangat tinggi.
[caption id="attachment_214978" align="aligncenter" width="300" caption="Pelabuhan Padang Bay, menunggu kepastian penyeberangan - Dokumentasi Pribadi"]
Kami berjalan memasuki pelabuhan. Astaga, ternyata benar apa yang dibilang oleh bapak supir. Ribuan orang tiduran di sepanjang pelabuhan menjadi pemandangan yang menyambut kami ketika kami masuk. Banyak juga antrian bus-bus dan truk dari Jawa yang akan menuju Lombok. Berdasarkan info yang kami dapat, tidak ada aktivitas penyebrangan selama empat hari dan kemungkinan pada hari tersebut akan dilakukan penyebrangan percobaan. Kami memutuskan untuk menunggu informasi terkini di pinggir pelabuhan. Pagi hari petugas pelabuhan mulai berdatangan, semua orang berdesak-desakan untuk berburu informasi. Petugas mengumumkan bahwa akan diadakan penyebrangan percobaan pada pukul 08.00. Loket pun dibuka, calon penumpang berdesak-desakan saling berebut untuk mendapatkan tiket. Kami pun ikut berdesak-desakan demi mendapatkan tiket. Tidak kuat berdesak-desakan saya memutuskan untuk menyerah dan mundur dari barisan antrian. Ada seorang bapak-bapak menghampiri saya dan menawarkan tiket, ternyata orang tersebut adalah calo bus dari Jawa tujuan Lombok yang kehabisan penumpang karena bosan menunggu penyebrangan, para penumpangnya memilih untuk menggunakan jalur udara menuju Pulau Lombok. Orang tersebut menawarkan tiket seharga 50 ribu per penumpang sampai dengan terminal Mataram. Sedangkan harga normal untuk pejalan kaki dari pelabuhan Padang Bay menuju ke pelabuhan Lembar (Lombok) adalah 36 ribu rupiah. Namun, untuk menuju ke terminal Mataram harus ditempuh dengan angkutan dengan ongkos sekitar 20 hingga 25 ribu rupiah per orang nya. Jadi kami pikir, harga tiket yang ditawarkan oleh calo tersebut cukup murah dibandingkan dengan harga normal nya. Selain itu, kami tidak perlu menunggu angkutan menuju terminal.
[caption id="attachment_214979" align="aligncenter" width="300" caption="narsis di kapal - Dokumentasi Pribadi"]
Kami berangkat menuju pulau lombok sekitar pukul 10.00 WITA dengan bus Safari Dharma Raya, antrian panjang menuju kapal pun kami lewati. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 4 jam di siang hari yang sangat terik itu. Pukul 14.00 WITA kami tiba di pelabuhan Lembar, beruntung saja kami menerima tawaran calo bus Safari Dharma Raya, karena kalo tidak kami akan berjalan kaki melewati panjangnya antrian kendaraan yang akan menuju ke pelabuhan Lembar tersebut dan angkutan menuju terminal pun susah untuk didapatkan. Perjalanan yang cukup singkat dari pelabuhan Lembar, akhirnya kami pun sampai di terminal bus Bertais Mataram. Kerabat kami telah menunggu disana untuk menjemput kami dan kami pun berangkat menuju Tanjung, Lombok Utara tempat singgah kami selama satu minggu disana.
Inilah cerita singkat tentang perjalanan menuju pulau Lombok ala mahasiswa. Mungkin bisa jadi alternatif liburan anda di akhir tahun nanti atau mungkin bisa menjadi sumber informasi untuk anda yang ingin backpacker-an tapi masih ragu dan masih bertanya-tanya tentang ongkos untuk perjalanan menuju ke pulau Lombok. Oh iya, perjalanan ini saya lakukan pada awal tahun ini yaitu pada bulan Januari, jadi paling tidak tarif-tarif yang saya sebutkan di atas masih update jika ingin anda jadikan patokan. Untuk informasi mengenai tempat-tempat wisata di pulau Lombok, tunggu tulisan saya selanjutnya yah..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H