Mohon tunggu...
Saidah Chumairoh
Saidah Chumairoh Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pikirkan, Rasakan, dan Menulislah ! Mahasiswi Prog Keahlian Komunikasi Diploma IPB

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ketika Nurani Jauh dari Sentuhan Iman

6 Desember 2011   12:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:45 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Nurani Jauh dari Sentuhan Iman

Dunia ini penuh dengan hingar bingar kemewahan yang menyesatkan.

Sekali saja kau terjerumus, akan sulit bagimu keluar dari jeratan menyakitkan itu.

Realita kehidupan kian mengkhawatirkan.

Tuhan, bukan lagi tempat manusia bersandar.

Mereka lupa, lupa akan Kuasa Illahi Yang Agung.

Mereka terbius dalam jejak nestapa.

Ya, ketika akal sehat tak lagi berfungsi.

Ketika nurani jauh dari sentuhan iman.

Nyawa tak lagi berharga

Harga diri tak lagi mereka miliki

Rasa malu? Sudah mereka buang seakan sampah!

Mereka bertindak sesuai kemauan syaitan, tanpa menimbang kosa kata bijak malaikat.

Kesakitan-kesakitan jiwa semakin membahana dalam perut bumi yang sempit ini.

Dan lagi, sosok wanitalah yang kerap kali menjadi sasaran empuk gangguan rohani mereka.

Hati mereka telah membusuk.

Banyak kalbu berteriak histeris.

Miris sekali, hati bagai tersayat-sayat.

Keprihatinan tidaklah cukup mengubah isi dunia ini menjadi baik kembali.

Hati seakan ingin mengumpat perbuatan keji itu.

PEMBUNUH ! KORUPTOR!

Mereka semua sakit jiwanya.

Kesenangan dunia yang semu kerap kali jadi pemicunya.

Atau dendam yang telah mengakar yang membuat nurani itu kini terbuang?

Ingin sekali memberi tamparan yang mungkin dapat menyadarkan mereka.

Itu pun kalau raga mereka dikendalikan nafsu syaitan? Atau mungkin… mereka sudah menjelma menjadi syaitan yang nyata?

NaudzubillahKetika Nurani Jauh dari Sentuhan Iman

Dunia ini penuh dengan hingar bingar kemewahan yang menyesatkan.

Sekali saja kau terjerumus, akan sulit bagimu keluar dari jeratan menyakitkan itu.

Realita kehidupan kian mengkhawatirkan.

Tuhan, bukan lagi tempat manusia bersandar.

Mereka lupa, lupa akan Kuasa Illahi Yang Agung.

Mereka terbius dalam jejak nestapa.

Ya, ketika akal sehat tak lagi berfungsi.

Ketika nurani jauh dari sentuhan iman.

Nyawa tak lagi berharga

Harga diri tak lagi mereka miliki

Rasa malu? Sudah mereka buang seakan sampah!

Mereka bertindak sesuai kemauan syaitan, tanpa menimbang kosa kata bijak malaikat.

Kesakitan-kesakitan jiwa semakin membahana dalam perut bumi yang sempit ini.

Dan lagi, sosok wanitalah yang kerap kali menjadi sasaran empuk gangguan rohani mereka.

Hati mereka telah membusuk.

Banyak kalbu berteriak histeris.

Miris sekali, hati bagai tersayat-sayat.

Keprihatinan tidaklah cukup mengubah isi dunia ini menjadi baik kembali.

Hati seakan ingin mengumpat perbuatan keji itu.

PEMBUNUH ! KORUPTOR!

Mereka semua sakit jiwanya.

Kesenangan dunia yang semu kerap kali jadi pemicunya.

Atau dendam yang telah mengakar yang membuat nurani itu kini terbuang?

Ingin sekali memberi tamparan yang mungkin dapat menyadarkan mereka.

Itu pun kalau raga mereka dikendalikan nafsu syaitan? Atau mungkin… mereka sudah menjelma menjadi syaitan yang nyata?

Naudzubillah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun