Mohon tunggu...
said ahmad
said ahmad Mohon Tunggu... -

i will always love u.....umi'Q

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rebutan Cinta ala Anak SD

26 September 2011   02:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:37 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Siang itu ketika saya sedang berkeliling di komplek sekolah tempat saya menguli (menguli apa mengabdi, atau bekerja_saya bingung sendiri....hehehehehe) saya sempat mendengar kegaduhan di salah satu ruang kelas III SD Negeri tempat saya kerja. Setelah lama saya abaikan ternyata kegaduhan malah makin menjadi, dan anak sekelas ikut-ikutan ramai. Akhirnya saya deketin juga untuk sekedar ingin tahu apa yang tengah mereka ributkan. Ternyata tampak oleh saya ada dua orang anak perempuan yang sedang berkelahi (jambak-jambakan rambut dan saling tuduh). Perlahan saya dekati, dan saya tanya ada apa sebenarnya, koq ya sampai ribut-ribut di dalam kelas.

Saya:“Ada apa mbak koq pada ribut????

Anak:“Ini pak, Dinda udah ngerebut PACAR saya!!!

Ujar salah satu anak yang berkelahi tersebut.

Wadowwwwhhhhhh...... rebutan PACAR???????

Sepertinya pola pikir dan tingkat kematangan anak sekarang lebih cepat dari pada potret anak 20th silam. Bagaimana tidak??? dulu ketika masih SD jangankan bicara pacar, ketika di ledekin sama temen-temen tentang masalah “ini pacarnya itu” udah marah, merah dan ngambeknya minta ampun, lha anak sekarang dengan terang-terangan bilang “dia ngerebut pacar aku”.

Usia SD pada dasarnya adalah usia dimana bermain masih lebih dominan dari urusan yang lain. Tingkat perkembangan anak pada tingkatan kelas I-III, adalah tingkat pendadaran dan pendasaran pada hal-hal yang sifatnya masih sangat umum dan tidak ada kata njlimet sekalipun, barulah ketika memasuki usia pada tingkatan kelas V anak dibawa untuk lebih mengenal lebih jauh tentang kehidupan dan itupun masih suatu yang sangat mendasar. Hal ini untuk mempersiapkan mental dan pola pikir anak ketika akan memasuki usia remaja yang mulai mereka dapatkan ketika berada pada tingkatan kelas VIII atau kelas II SMP.

Ketika anak kelas III SD sudah memikirkan dan mengerti sesuatu yang sangat njlimet (pacaran) hal ini tentu menimbulkan banyak sekali pertanyaan “Siapa, Darimana, Bagaimana, dan Apa” yang membuat mereka sampai pada fase yang seharusnya mereka lewati 5 tahun yang akan datang??. Kalo kita melihat perkembangan era sekarang ini tentu hal itu akan mudah dijawab, banyaknya tontonan televisi yang menghadirkan urusan CINTA sebagai menu utama, seks dan pornografi sebagai bumbu penyedapnya, dan lingkungan yang nyata-nyata telah berubah kultur dan budayanya. Hal ini berperan aktif pada kematangan pola berpikir anak-anak kita.

Namun apakah ini harus kita biarkan???ketika di usia dini anak sudah mengenal kata pacaran, dan mereka mulai mengenal lawan jenis, padahal pada usia ini pendidikan seks masih sangat jarang bahkan bisa dikatakan belum menjamah wilayah teritorial anak pada usia ini... apa yang bakalan terjadi ketika mereka beranjak dewasa??? Bukankah ada kata pepatah awa yang mengatakan “Cilik blajar gede lancar”” diwaktu kecil terus belajar niscaya setelah besar akan pandai.... tentu kita sangat prihatin ketika anak SD kelas III yang seharusya lebih banyak pikiran untuk bermain ternyata sudah menjangkau wilayah teritorial pacaran. Hal ini tentu harus disikapi dengan baik oleh Orang tua, Guru, dan masyarakat yang ingin anaknya tumbuh dalam kewajaran bersikap, beretika, dan bermoral.

Tentunya kita tidak ingin rentetan rantai perilaku seks bebas nantinya menyelubungi dan mengikat mata serta hati anak-anak kita, yang membawa anak-anak kita kedalam suatu pergaulan yang merugikan semuanya....”””ANAK-ANAK KITA ADALAH TITIPAN DARI ALLOH SWT, dan TUGAS KITALAH UNTUK MENDIDIK DAN MEMBERINYA KENYAMANAN, DAN KEBAHAGIAAN untuk BEKAL MEREKA MENAPAKI MASA DEPAN”””

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun