Aku pun juga merasakan keganjilan, seperti yang kamu rasakan. Di luar ada kelebat bayangan wanita tua. Seketika itu, kamu memelukku kencang. Jantungku berdetak. Aku harus kuat, tidak boleh kalah, kataku dalam hati.
Yusi yang meluncur ke sini, tidak kunjung sampai. Entah ada kejadian apa lagi. Aku mencoba menghubunginya tetapi tidak bisa.
***
Matahari mencumbu rerumputan, nafasmu kini tidak berat seperti malam yang berjalan tadi. Tekatmu bulat ingin mengembalikan cermin aneh, agar tidak ada teror yang mengusikmu.
Yusi datang dengan langkah gamang. Semenjak aku hubungi malam tadi, ternyata dia juga merasakan hal aneh, dia diganggu bayangan wanita tua, mobilnya mogok di jalan. Untungnya ada yang menolong.
Tanpa berdiskusi panjang, kami berangkat ke wisata hutan pinus. Yang ditempuh seharian.
"Kalau sampai tidak dikembalikan, mungkin kita akan diteror terus." Kamu berandai-andai buruk.
"Tenang dan tetap fokus. Pasti ada jalan ke luar." Aku meyakinkanmu serta Yusi yang menatap jalan berliku-liku.
***
Sebelum senja larut, kami sampai di wisata hutan pinus. Kamu memimpin jalan, sedangkan aku dan Yusi membuntutimu. Perasaanku tidak enak.
"Aku menemukan cermin ini di area sini, tapi kok gubuknya tidak ada." Kamu kebingungan memastikan keberadaan gubuk tua kemarin memang ada di tempat ini, sekarang entah kenapa gunung itu raib seperti ditelan bumi.
"Menang benar kemarin tempat ini ada gubuk tua." Yusi pun tidak salah ingat.
Senja semakin larut sempurna, perlahan tempat itu sunyi. Kebetulan ada satu orang lewat dengan pakaian hitam, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.