Kabupaten Wonosobo merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Wilayah ini memiliki luas sekitar 985,7 km dan berbatasan dengan beberapa kabupaten lain di Jawa Tengah seperti Kabupaten Temanggung di sebelah utara, Kabupaten Magelang di sebelah timur, Kabupaten Purworejo di sebelah selatan, dan Kabupaten Pekalongan di sebelah barat.
Sejarah Kabupaten Wonosobo dimulai pada masa Kerajaan Mataram pada abad ke-16. Pada masa itu, wilayah Wonosobo termasuk dalam wilayah Kadipaten Pajang. Namun, pada masa penjajahan Belanda, wilayah Wonosobo mulai berkembang dengan adanya pembangunan jalan raya yang menghubungkan Semarang dengan Wonosobo. Pada tahun 1904, Kabupaten Wonosobo secara resmi dimekarkan dari Kabupaten Pekalongan.
Kabupaten Wonosobo terdiri dari 20 kecamatan dan lebih dari 200 desa/kelurahan. Wilayah ini dikenal dengan beragam potensi alam yang sangat menarik untuk dikunjungi, terutama bagi para wisatawan. Salah satu objek wisata yang terkenal adalah Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, dua gunung berapi yang menjadi ikon dari Kabupaten Wonosobo. Gunung Sindoro memiliki ketinggian 3.150 mdpl dan Gunung Sumbing memiliki ketinggian 3.371 mdpl. Kedua gunung ini menjadi salah satu destinasi pendakian yang cukup populer di Jawa Tengah.
Selain Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, Kabupaten Wonosobo juga memiliki beberapa objek wisata lainnya yang tidak kalah menarik. Beberapa di antaranya adalah Air Terjun Sikarim, Candi Arjuna, Kawah Sikidang, danau-danau cantik seperti Telaga Menjer dan Telaga Warna, dan area Sunrise yang menyejukkan mata seperti Bukit Sikunir dan Bukit Skoter.
Dalam bidang perekonomian, Kabupaten Wonosobo dikenal sebagai produsen beras yang cukup besar di Jawa Tengah. Kabupaten Wonosobo memiliki lahan pertanian yang cukup luas, sehingga sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Selain beras, Wonosobo juga terkenal dengan produksi kopi dan sayuran.
Pariwisata juga menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi masyarakat Wonosobo. Jumlah wisatawan yang datang ke kabupaten ini terus meningkat setiap tahunnya. Pemerintah Kabupaten Wonosobo pun berupaya untuk mengembangkan potensi pariwisata di wilayah ini. Beberapa program dan kebijakan telah diterapkan untuk meningkatkan pelayanan dan kualitas objek wisata di Wonosobo.
Budaya masyarakat Wonosobo juga sangat kaya dan beragam. Kesenian dan kuliner menjadi salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Wonosobo. Beberapa kesenian tradisional yang masih dilestarikan oleh masyarakat Wonosobo antara lain Tari Lengger, Tari Topeng, dan Kuda Lumping. Sedangkan kuliner khas Wonosobo yang terkenal adalah nasi megono, sejenis nasi khas Jawa Tengah yang terbuat dari potongan nangka muda dengan perpaduan kelapa parut yang dibumbui sehingga menciptakan rasa gurih . Selain itu, ada juga makanan ringan seperti carica, purwaceng, dan keripik tempe yang menjadi oleh-oleh khas Wonosobo.
Kabupaten Wonosobo juga memiliki beberapa festival yang diadakan setiap tahunnya. Salah satunya adalah Festival Gunung Sindoro Sumbing yang diadakan setiap bulan Juli. Festival ini diadakan untuk mempromosikan pendakian ke Gunung Sindoro dan Sumbing serta mengembangkan potensi pariwisata di Kabupaten Wonosobo. Selain itu, ada juga Dieng Culture Festival (DCF). Dieng Culture Festival merupakan festival budaya dengan konsep sinergi antara unsur budaya masyarakat, potensi wisata alam yang dimiliki Dieng, serta pemberdayaan masyarakat lokal agar bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki. Yang diadakan setiap bulan Agustus.Â
Dalam bidang pendidikan, Kabupaten Wonosobo memiliki beberapa perguruan tinggi dan sekolah yang cukup terkenal di Jawa Tengah. Salah satunya adalah Universitas Sains Alquran yang berlokasi di Kalibeber, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo. Selain itu, terdapat juga beberapa sekolah menengah atas yang termasuk dalam jajaran sekolah terbaik di Indonesia, seperti SMA Negeri 1 Wonosobo dan SMA Negeri 2 Wonosobo.
Kabupaten Wonosobo juga memiliki beberapa kebudayaan yang masih dilestarikan oleh masyarakatnya, seperti upacara adat, tradisi pernikahan, dan kepercayaan animisme dan dinamisme. Beberapa upacara adat yang masih dilestarikan antara lain Tradisi Suran, upacara Sedekah Bumi, dan upacara Mapag Sri. Sedangkan tradisi pernikahan yang masih dilestarikan adalah tradisi Siraman dan Penganten.