Mohon tunggu...
SAHRULLAH
SAHRULLAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan

Tidak ada yang sempurna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berawal dari Mengumpulkan Anak-Anak SMA yang Di DO Menjadi Studio Seni Patung Berkelas Internasional

27 Juli 2023   17:34 Diperbarui: 27 Juli 2023   17:42 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : Foto Pribadi yang dipotret pada Kamis, 27/07/2023

Cerita yang belum banyak orang tau yaitu tentang kisah seniman asal Bantul, Yogyakarta yaitu Pak Dunadi, dalam membangun usahanya. Sedikit biografi singkat tentang Pak Dunadi, beliau lahir di Bantul, 3 Agustus 1960. Pak Dunadi menempuh Pendidikan Sekolah Menengah Seni Rupa Karang Malang, dan dilanjutkan di Sekolah Menengah Seni Rupa di Bantul dan lulus pada tahun 1982. Kemudian Pak Dunadi menljutkan pendidikannya ke perguruan tinggi pada saat itu Bernama ASRI (Akademi Seni Rupa) yang sekarang lebih di kenal dengan ISI (Institut Seni Rupa) Yogyakarta, dan lulus pada tahun 1988.

Selama masih kecil bakat seni Pak Dunadi sudah terlihat, beliau saat kecil sudah senang menggambar dan coret-coret di kertas. Sampai orang tuanya memarahi beliau tentang kebiasaannya coret-coret atau menggambar itu. Kemudian bakat tersebut mulai ditekuni lagi ketika lulus dari perkuliahan  dan fokus ke karya tiga dimensi atau patung.

Ketika beliau di kampungnya dengan berbekal ilmu yang didapat tersebut, Pak Dunadi ini mulai mengumpulkan anak-anak DO (drop out) SMA untuk diajarkan membuat karya-karya, seperti mencetak, finishing, yang nantinya karya tersebut dijual dalam bentuk cindramata. Namun pada saat itu tantangannya yaitu banyak karya hasil Pak Dunadi ini di cetak ulang sama orang lain. Semisal karya yang dikeluarkan sebanyak lima puluh, yang beredar di pasaran sudah menjadi seratus.

Seiring berjalannya waktu, Pak Dunadi memiliki pemikiran bahwa bagaimana usahanya ini dikembangkan dan membuka lapangan kerja untuk orang banyak.

"Saya dengan dasar ingin menciptakan lapangan kerja, terus ada timbal balik, yang jelas saya tidak harus kerja, cumin saya bikin managemen ini dengan keuntungan untuk berkarya" ujar Pak Dunadi. Pada saat itu market dari pencinta patung itu sangat banyak, terlebih lagi dari luar negri.

Alhasil dari pemikiran tersebut beliau mendirikan Studio Satiaji Sculpture & Artwork pada tahun 1988. Namun dalam proses dalam merintis usahanya tidak mudah, dulu jumlah karyawan yang dimiliki oleh Pak Dunadi mencapai 500 pekerja tetap. Sehingga pada tahun 1998 dan 2000 terjadi krisi moneter yang sangat berdampak pada indutri, sehingga mengharuskan Studio Satiaji ini mengurang pekerjanya menjadi 200. Naik turunnya kondisi ekonomi Studio Satiaji ini menharuskan mereka untuk berbenah diri sehingga sekarang difokuskan hanya sebanyak 100 karyawan. 

Kondisi seperti itu tidak menjadikan Pak Dunadi lengah atapun berputus asa, karena melihat dari marketing untuk usaha patung ini dimata beliau sangat menjanjikan, beliau terus melakukan pemasaran dan memperkenalkan usaha dengan karya-karyanya.

Telah banyak karya patung yang beliau hasilkan, beberapa diantaranya yaitu Lambang Garuda Pancasila di Istana Merdeka, Jakarta (2018 & 2019), Monumen Pangsar Jendral Soedirman di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta (2019), Monumen Marsda TNI Anumerta Prof. dr. Abdulrachman Saleh di Wisma Aldiron, Jakarta (2021) Ir. Soekarno di Lemhannas RI, Jakarta (2021), Monumen Dr. (H.C) Ir. Soekarno di Kementrian Pertahana, RI, Jakarta (2021), dan masih banyak lagi karya-karya berkelas nasional dan internasional yang beliau hasilkan.

Prestasi-prestasi beliau sekarang sudah jangan diragukan lagi, beliau pernah mendapatkan penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia pada tahun 2010 atas rekor Pemrakarsa dan Pembuatan Replika Kuda Batik Terbesar, kemudian pada 2021 beliau mendapatkan piagam penghargaan dari Mentri Pertahanan Republik Indonesia tentang Penghargaan Dharma Pertahanan. Jika dituliskan semuanya tidak aka nada habis prestasi-prestasi beliau yang tentunya membanggakan Indonesia sendiri.

Terakhir harapan beliau yaitu menjadikan Studio Satiaji ini menjadi tempat atau Museum yang mana anak-anak atau remaja saat ini dapat menjadi tempat untuk belajar, karena budaya ini talenta-talenta atau bakat-bakat seni ini harus ada penerusnya. Salah satu peran Pak Dunadi Sendiri yaitu dengan memberikan sarana atau fasilitas untuk generasi penerus untuk belajar tentang kesenian itu.

Begitulah perjuangan singkat dari seorang Seniman berbakat dari Bantul yang mana karya-karyanya sampai ke mancanegara. Bakat tersebut merupakan aset yang perlu dijaga untuk nantinya akan mencetak seniman-seniman muda berbakat lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun