Mohon tunggu...
Sahrul Azfara
Sahrul Azfara Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Merdeka

Pena adalah Kekuasaan tertinggi dari seseorang, xixixi.....

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mentalitas Mahasiswa Setelah Gelombang COVID-19

1 Februari 2025   14:05 Diperbarui: 1 Februari 2025   14:05 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perkenalkan Nama saya Sahrul

saya merupakan mahasiswa magister kimia Universitas Hasanuddin yang memiliki analisis terhadap kehidupan dan mental mahasiswa setelah gelombang COVID 19 yang terjadi belakangan ini. Analisis ini saya dapatkan setelah berkecimpung dalam dunia pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 

Ada hal yang mengganjal persepsi saya selama ini. Sebelum Covid 19 merajalela, kampus masih bisa dikatakan sebagai Miniatur negara yang lengkap dengan berbagai dinamika didalamnya, mulai dari kehidupan demokrasi, akademik, pelatihan, dan berbagai macam aktivitas didalamnya yang menggugah selera untuk memperbincangkan yang namanya kata "MAHASISWA". Namu seiring dengan perkembangan kondisi dan teknologi, terjadi pergeseran yang cukup signifikan dalam kehidupan di kampus, utamanya dikalangan mahasiswa. Salah satu hal yang paling mengalami perubahan signifikan adalah masalah Mentalitas. 

Boleh dikatakan bahwa, mental-mental mahasiswa zaman dulu dengan yang sekarang itu mengalami pergeseran. pergeseran ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah teknologi. Teknologi memang memberikan dampak yang sangat serius dengan mentalitas mahasiswa masa kini. Saya ingin sedikit berbicara mengenai pengalaman saya selama kuliah. Sewaktu saya masih mahasiswa barru (MABA), ada banyak hal-hal yang diluar ekspetasi saya terkait dengan dunia kampus. Saya kira kuliah itu seperti di film-film atau sinteron yang bebas memakai pakaian selama dibatas wajar. Namun, perkuliahhan itu cukup kompleks dengan berbagai dinamika didalamnya. saya masih ingat ketika saya mengikuti kegiatan pengenalan budaya akademik dan kemahasiswaan dalam rana kampus atau bisa diistilahkan OSPEK. Pada masa itu mental saya diuji habis0hhabisan, mulai dari pengunaan seragam masing-masing jurusan dengan warna yang berbeda sampai rambut saya diplontos oleh senior-senior saya. Tapi ada hal yang menarik perhatian saya, karena teman sejawat saya itu mentalnya hanya biasa--biasa saja dan bahkan ada yang mengatakan bahwa itu adalah hal yang lumrah yang dilakukan oleh senior ke mahasiswa baru.

saya melihat kondisi ini sebagai hal yang membuat mental-mental mahasiswa zaman dulu itu lebih kuat. Nah, setelah terjadi gelombang COVID 19 yang menyebabkan segala aspek mengalami kemandekan, khususnya dibangku perkuliahan, maka semakin berkembanglah akses teknologi yang bisa digunakan didalam rumah selama pandemi berlangsung. Teknologi itu seperti Google meet, ZOOM, via-Whatsapp, dan beberapa fitur teknologi yang memudahkan pekerjaan dari rumah. Dengan akses kemudahan yang diberikan, maka kebanyakan mahasiswa mulai terjebak dengan zona nyaman oleh fitur-fitur yang disediakan oleh teknologi. Apalagi trend terkini seperti TIKTOK menambah daya tarik orang untuk membuat konten atau sekedar menikmati hiburan yang ada didalamnya. 

Setelah pandemi COVID 19 berakhir, maka aktivitas yang awalnya online berubah menjadi offline. Hal ini mengakibatkan banyak mahasiwa yang masih terjebak dengan zona nyaman memiliki pergeseran mentalitas didalamnya. Hal ini berdampak pada kehidupan kampus, mulai dari dinamika organisasi bahkan ke aspek akademik. Mahasiswa sudah mulai tidak tertarik dengan organisasi karena beberapa konten yang dibuat oleh oknum-oknum tertentu untuk menjatuhkan organisasi kampus. Orang sudah tidak tertarik dengan organisasi karena hanya menampilkan hal-hal yang tidak berfaedah seperti rapat sampai malam atau perpeloncohan yang dilakukan oleh senior-senior dalam organisasi tersebut. Selain itu, dibidang akademik, banyak mahasiswa mulai menggampangkan tugasnya dengan menggunakan fasilitas AI tanpa menelaah terlebih dahulu asal muasal dari informasi tersebut, sehingga tidak terserap dengan baik. 

Hal ini menyebabkan perubahan mentalitas mahasiswa yang dulunya masih memiliki mental yang siap dengan berbagai tekanan menjadi rapuh dengan gesekan kecil, baik dalam kehidupan kampus, maupun dalam kehidupan sehari-harinya. oleh karena itu diperlukan sebuah perubahan sistem yang tetap mengikuti perkembangan teknologi tapi tidak menurunkan semangat, mentalitas, dan karakter dari para mahasiswa karena mahasiswa itu dkenal sebagai agen perubahan (agent of change) bagi masyarakat,  nusa dan bangsa.

terima kasih!!!! salam mahasiswa!!!!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun