Mohon tunggu...
Sahrul AbdulSulaeman
Sahrul AbdulSulaeman Mohon Tunggu... Arsitek - Arsitektur Perancang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sahrul Abdul Sulaeman bekerja sebagai seorang Arsitektur hobi menulis dan melukis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Alasan Anda Harus Tetap Hidup

14 November 2022   14:30 Diperbarui: 14 November 2022   14:34 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alasan Kehidupan Memimilih Anda Atau Anda Memilih hidup,  serta menelik konsep kehidupan yang nyata

berjanjilah dengan dirimu setelah membaca artikel ini kamu akan semakin bersyukur dan mencintai hidup kalian semua 

Ini adalah alasan untuk refleksi. Itu seharusnya membuat kita bertanya-tanya faktor apa yang bisa membuat orang muda merasa begitu terbebani oleh kehidupan sehingga mereka lebih memilih untuk mengakhirinya. Kami memahami bahwa ada banyak alasan untuk merasa bahwa hidup tidak ada artinya---di antaranya, tidak mampu bersaing dalam masyarakat yang menuntut produktivitas terus-menerus, tidak memenuhi harapan pribadi, atau tidak memenuhi harapan orang tua untuk sukses. (Namun, penting untuk diingat bahwa "sukses" itu relatif.) Di lain waktu, kita mungkin merasa terputus dari keluarga, teman, atau dari masyarakat luas. Kita mungkin juga mengalami fase fatalisme, rasa tidak memiliki atau tidak terlihat.

Meskipun sudah menjadi fakta umum bahwa banyak anak muda tergoda dengan ide bunuh diri, orang dewasa ragu untuk membicarakan masalah ini secara terbuka. Dan orang dewasa itu sendiri tidak kebal: Seperti remaja, banyak orang dewasa berpikir untuk bunuh diri ketika merasa putus asa.

Hidup adalah undangan untuk belajar. Kita bisa belajar sesuatu dari setiap momen, baik atau buruk simak 13 alasan tersebut.

  • Hidup tidak statis; itu dalam gerakan konstan, seperti gelombang lautan. Setiap gelombang yang datang membawa serta pengalaman baru, dan masing-masing berbeda. Sama seperti ombak yang buruk terkadang tidak menunjukkan belas kasihan, ombak yang baik datang dan menyegarkan kita. Tak ada yang abadi.
  • Hidup adalah sebuah anugerah; beberapa orang pergi terlalu cepat dan tidak memiliki keberuntungan untuk mengetahui kehidupan. Mereka yang memilikinya harus menikmatinya.
  • Hidup kita bukan hanya milik kita sendiri. Mereka juga milik orang-orang di sekitar kita. Kita harus menjaga diri sendiri karena kita penting bagi orang lain---meskipun terkadang kita melupakannya.
  • Setiap hari baru adalah pengalaman baru. Jika kita tidak menjalaninya, kita tidak akan tahu apa yang kita lewatkan.
  • Kita adalah perancang hidup kita. Merupakan tantangan bagi kita untuk menemukan kecantikan, bahkan---dan khususnya---ketika kebalikannya terjadi. Menemukan keindahan di dunia adalah mungkin dan membawa imbalan yang tak terhitung jumlahnya.
  • Kita semua hidup melalui pengalaman yang meninggalkan bekas luka. Namun, selalu ada seseorang yang membantu kita selama masa-masa sulit itu. Yang penting adalah menerima bantuan itu.
  • Berusaha menghadapi masalah bisa menyadarkan kita betapa kuatnya diri kita sebenarnya. Tantangan hidup tidak hanya ada untuk membuat kita kesal---tantangan ada agar kita lebih memahami diri sendiri dan mengetahui siapa diri kita sebenarnya.
  • Hidup berarti menemukan sesuatu tentang diri kita yang tidak kita sadari.
  • Hidup berarti melihat diri kita sendiri di cermin dan menemukan pesan cinta di mata kita sendiri.
  • Hidup berarti membiarkan diri kita jatuh cinta---dengan seseorang, dengan sesuatu, atau dengan kehidupan itu sendiri.
  • Memandang kematian sebagai sumber makna bisa menghibur banyak orang---tetapi alih-alih menggunakan ini sebagai argumen yang mendukung bunuh diri, sangat penting untuk memanfaatkan perspektif semacam itu untuk memanfaatkan hidup semaksimal mungkin selama masih ada.
  • Kematian menunggu kita masing-masing; mengapa memanggilnya sebelum waktu kita?
  • Terkadang, depresi tidak membuat kita melihat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun