Pada tahun 2018 saya terjun ke Dunia pesantren. Banyak hal-hal yang berbeda mulai dari suasana, rasa kebersamaan, serta keperibadian yang merubah hidupku menjadi lebih mandiri. Awal mulanya sangat sulit untuk di wujudkan, karna jauh dari lingkungan keluarga, kerabat, juga sahabat. Di pesantren seseorang tidak hanya mendapatkan ilmu agama, melainkan wawasan, pengalaman pun dapat di peroleh, baik dari segi wawasan ilmu maupun pengalaman hidup yang cukup luas.Â
Selain itu, di pesantren memililki ciri khas yang sangat mendominasi terhadap kehidupan sehari hari, di antaranya menjalani hidup sederhana seperti makan, berpakaian, dan tempat tidur. Dalam hal ini bukan serta merta pihak pesantren tidak mampu mempasilitasi keperluan santri dengan sempurna. Tetapi melatih diri untuk membentuk jiwa yang memegang nilai-nilai luhur serta rasa kepedulian yang tinggi.Â
Pesantren merupakan tempat kehidupan sosial, di dalamnya terdapat aktivitas dan interaksi yang mirip dengan kehidupan di masyarakat. Contoh kegiatan ekstrakulikuler serta organisasi kepemimpinan seperti osis dan osip. Namun, di zaman sekarang banyak orang tua yang enggan menghantarkan anak-anaknya menimba ilmu di pesantren, entah dari faktor ekonomi atau anaknya yang tidak mau. Yang padahal Allah telah menjanjikan bagi setiap orang-orang yang menimba ilmu akan di cukup kan rezeki nya. ( Firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Mujadalah Ayat 11 )
Dalam analisis ini dapat di tarik Kesimpulan bahwa pesantren adalah tempat bahagia yang mana satu sama lain bisa bertukar cerita, canda tawa bersama. Hidupnya bebas tidak peduli dengan keadaan di luar. Pesantren juga merupakan tempat peristiwa unik terjadi yang tidak akan di alami orang lain seperti  antri mandi, penyakit kulit, hukuman, rebutan makanan, masak dengan alat seadanya, ghosob dan lain-lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H