[caption id="attachment_329530" align="aligncenter" width="300" caption="Pencapresan Ical (viva.co.id)"][/caption]
Tersebarnya Video Plesiran Aburizal Bakrie di Pulau Maladewa (Maldives Island) bersama artis Olivia dan Marcela Zalianty tempo lalu menjadi satu mimpi buruk bagi politisi yang akrab disapa ICal ini. Video yang menimbulkan multitafsir bagi masyarakat ini menjadi salah satu pemicu menurunnya elektabilitas Calon Presiden Partai Golongan Karya ini. Semenjak dideklarasikan sebagai Capres Golkar pada 1 Juli 2012 lalu, Ical memang tampak gagal meningkatkan elektabilitasnya. Terbukti dalam berbagai survey dan jajak pendapat, tak pernah sekalipun Ia memimpin. Selalu tersalip oleh Jokowi, Prabowo Subianto dan bahkan Jusuf Kalla. Posisinya yang sangat strategis sebagai Ketua Umum Golkar memuluskan pencapresannya. Walau saat itu muncul berbagai spekulasi pencapresan Ical di tubuh Golkar, keputusan akhir tetap mendeklarasikannyasebagai Capres yang dibacakan langsung 33 perwakilan pimpinan DPD Partai Golkar pada Rapimnas III Partai Golkar, Minggu 1 Juli 2012 di gedung Sentul International Conventional Center (SICC). Mengumumkan pencapresannya sejak dini ditujukannya agar menyiapkan diri sebaik mungkin agar meraih simpati dari masyarakat. Sayangnya, asa tersebut tak terwujud. Sudah hampir dua tahun setelah deklarasinya, elektabilitas Ical malah semakin melorot.
Partai Golkar sebenarnya memiliki banyak sekali politisi popular yang telah dikenal masyarakat. Sebut saja Akbar Tanjung, Jusuf Kalla, Agung Laksono hingga Priyo Budi Santoso. Tokoh-tokoh ini memiliki elektabilitas yang tidak jauh berbeda. Namun pada Rapimnas, Ical yang dihunjuk menjadi Capres bahkan tanpa adanya seleksi. Ini yang menyebabkan konsolidasi internal Golkar sempat tidak baik. Hingga muncul kubu yang menentang pencapresan Ical. Tetapi belakangan wacana tersebut meredam seiring waktu.
Ical yang selalu dikaitkan dengan kasus Lapindo yang belum tuntas juga menjadi salah satu isu yang diangkat sebagai alasan bahwa Ia tidak diinginkan menjadi capres oleh masyarakat. Untuk beberapa lama, kasus tersebut tak menggoyahkan pencapresan Ical. Hingga tersebarnya video Maldives tersebut menjadi alasan kuat terangkatnya kembali pertanyaan kelayakan Ical menjadi Capres Golkar. Video Maldives tersebut terlanjur memperburuk citra Ical dan kembali mengangkat masa lalu yang kurang baik. Tak bisa dipungkiri citra Ical di mata masyarakat memang kian buruk yang sejalan dengan terpuruknya tingkat elektabilitasnya. Bahkan kini disebut-sebut dikalahkan oleh rekan satu partainya Priyo Budi Santoso dan Jusuf Kalla. Dalam data terbaru yang dikeluarkan oleh Direktur Eksekutif Pusat Kajian Pancasila, Hukum, Dan Demokrasi Universitas Negeri Semarang (PUSKAPHDEM – UNNES) di pemilu.com bahwa Jarak angka elektabilitas diantara elit Golkar itu pun sangat tipis yakni satu hingga dua persen. Priyo Budi Santoso 18.44%, M Jusuf Kalla 17.33%, ARB 16.42%, Akbar Tandjung 11.74%, Agung Laksono 3.94%, Ade Komarudin 1.1%, dan undecided voters 31%.
Mirisnya elektabilitas Ical ini menjadi alasan kuat Golkar untuk mengevaluasi pencapresannya kembali. Seperti disebutkan Ketua Dewan Pengurus Pusat Partai Golkar Yoris Raweyai pada tempo.co, Golkar akan membahas evaluasi pencapresan Ical pada Rapimnas yang akan dilaksanakan usai Pemilihan Legislatif. "Wacana ini semakin kuat, maka kita akan menggelar evaluasi setelah Pemilu Legislatif nanti," kata Yoris saat dihubungi, Senin, 31 Maret 2013. Rapimnas yang sebelumnya beragendapenentuan Cawapres pendamping Ical, diubah menjadi evaluasi Kelayakan Pencapresan Ical. “Rapat ini awalnya hanya mengagendakan dua hal yaitu evaluasi pileg dan pencalonan calon wakil presiden. Akan tetapi, Golkar kemudian sepakat untuk mengubah agenda pencalonan cawapres jadi evaluasi pencapresan Ical, terutama jika hasil pileg tak sesuai target.” Lanjutnya. Seperti dikutip dari tempo.co.
Keputusan Golkar ini tentu saja akan menjadi ancaman bagi Aburizal Bakrie. Setelah dua tahun mengumumkan Pencapresannya malah terancam dibatalkan menjelang Pemilihan Presiden. Tagline suara Golkar, suara rakyat menjadi landasan partai beringin ini meragukan pencapresan Golkar. Dengan elektabilitas yang merosot, Golkar ketakutan akan menjadi pecundang kembali pada Pemilu 2014. Terlepas dari itu, Ical akan menjadi pihak paling dirugikan bila nanti benar-benar dicabut pencapresannya. Tak hanay malu, kerugian nya selama berkampanye 2 tahun belakangan akan sia-sia belaka.
Tetapi Politik tetaplah politik. ia dinamis dan memang kejam. Ketika masih memiliki nilai lebih dari lawan politik akan dipakai. Sebaliknya bila telah kalah atau muncul sosok baru yang lebih baik maka akan diacuhkan. Maka Politik akan menghantam pihak yang tidak kokoh, sebaliknya akan dinikmati oleh yang pandai menyusun strategi. Apakah Golkar akan tega membatalkan Pencapresan Ical nanti? Jika Ya, Ical kemungkinan besar akan sakit hati dan mungkin akan muncul partai baru pada Pemilu 2019 nanti. Mari sama-sama kita amati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H