[caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="Image By Lgindonesiablog.com)"][/caption]
Jika menuliskan tentang kisah kasih seorang ibu maka tidak akan pernah cukup kertas selebar apapun atau layar sebesar apapun. Setiap orang di dunia pasti memiliki cerita tersendiri yang seringkali mengarah pada kisah pengorbanan, cinta tulus hingga kisah inspiratif lainnya yang bisa membuat siapapun merenung hingga meneteskan air mata. Bagi saya, sebutan Ibu merupakan suatu bentuk sempurna dari seorang perempuan yang memang diciptakan ke dunia sebagai malaikat-malaikat hidup di tiap keluarga. Walau tak semua perempuan dipercaya untuk memiliki anak kandung sendiri, namun kemuliaanya untuk memerankan sosok ibu tak kurang sedikitpun saat mampu melakukannya dengan baik terhadap anak di sekitarnya. Untuk kisah-kisah inspiratif seperti ini sudah banyak sekali bermunculan. Walaupun belakangan banyak juga bermunculan cerita pembunuhan sadis anak-anak oleh ibunya hingga polemik aborsi yang hingga sekarang masih marak terjadi. Namun secara garis besar, Ibu tetaplah seorang malaikat bagi anak-anaknya, pengecualian kepada sebagian kecil saja.
Secara pribadi, saya sangat beruntung dikaruniai seorang Ibu yang masih sehat walafiat di usianya yang kini 62 tahun. Beliau merupakan sosok pekerja keras, ibu rumah tangga yang luar biasa dan seorang ibu yang sangat bertanggungjawab bagi kami. Perjuangannya mengais rezeki dengan berkerja keras siang malam jelas tidak bisa dilakukan oleh banyak ibu zaman sekarang. Beliau juga menjadi guru yang baik dan selalu setia menemani saat anaknya mengerjakan tugas sekolah. Dan menjadi hakim paling arif ketika melerai anak-anaknya. Beliau juga sangat antusias untuk memotivasi anaknya agar sukses. Selalu berusaha Menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat saat anaknya mendapatkan prestasi. Sebaliknya, beliau senantiasa berusaha untuk menutupi masalah yang tengah menghadang dari anak-anaknya. Kehidupan yang keras sejak dulu memang tak bisa membuatnya mengikuti teman dengan segala perhiasan dan kemewahan. Satu hal yang menjadi tujuan utamanya adalah memberikan pendidikan setinggi-tingginya kepada semua anaknya yang memang memiliki niat. Dan Beliau bukan tipe Orang tua yang memaksa anaknya harus sekolah, karena beliau sadar hal tersebut akan membuat si anak Manja. Tanpa absen memotivasi dengan gambaran orang-orang sukses, cita-citanya terkabul saat semua anaknya mampu menjajaki Perguruan Tinggi Negeri.
Kini di usianya yang sudah tak lagi muda, muncul pertanyaan ‘Apa yang sudah saya lakukan untuk Ibu?’. Terdengar sepele namun cukup sulit untuk dijawab. Berbeda dengan pertanyaan ‘Apa yang sudah dilakukan Ibu kepada saya?’ maka secepat kilat kita bisa menjawabnya dengan mudah.
Hari ini, 22 Desember diperingati sebagai hari ibu, walau saya yakin tak semua ibu yang mengetahui hari spesial ini. Karena bagi mereka setiap hari itu spesial untuk anak-anaknya. Sama halnya dengan ibu saya yang juga tak ‘ngeh’ dengan hari Ibu ini. Kecuali saya Ingatkan, beliau mungkin tak kan tahu hari Ibu bahkan ulang tahunnya pun kadang sudah lupa. Hebatnya, Beliau justru selalu ingat tanggal lahir saya dan jam berapa saya lahir. Benarlah ibu itu hanya memikirkan kebahagiaan anaknya sendiri.
Saya teringat dengan sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Grup Vokal IL DIVO yang berjudul ‘Mama’. Lagu yang dibawakan secara klasik oleh empat pria bersuara tenor ini sangat mendayu-dayu dan didukung oleh lirik yang kuat. Singkat, jujur dan mampu menjadi renungan bagi anak manapun yang tengah mengingat Ibu mereka. Lagu ini merupakan lagu favorit saya pribadi dan tentunya selalu mampu memotivasi untuk lebih giat bekerja dan selalu mengingat setiap nasehat dari Ibu. Ada satu bait yang membuat lagu ini semakin berjiwa.
“Mama I hope this makes you smile, I hope you're happy with my life
At peace with every choice I made, How I've changed
Along the way, And I know you believed in all of my dreams
And I owe it all to you, Mama”…
Lagu ini terasa nyata Karena hampir sama dengan pesan ibu saya, beliau selalu menyebut kebahagiaannya adalah hanya apabila melihat kehidupan anak-anaknya lebih baik. Dia adalah Ibu yang tak pernah menuntut apapun untuk kebahagiaanya sendiri. Bahkan hingga sekarangpun, tuntutannya hanya satu yang wajib kami lakukan. Yakni meneleponnya setidaknya sekali seminggu, itupun karena Beliau hanya khatam menerima telepon daripada mencari-cari kontak untuk menelepon. Inilah kemurnian seorang ibu. Tuhan benar-benar mengirimkan satu malaikat terbaiknya untuk keluarga kami. Maka jika saya menyebut kepada perempuan manapun ‘I Can’t Live if living is without you Girl’, itu sangat bohong! Mungkin Hanya satu orang yang tepat untuk kalimat tersebut, Ibu!
Kembali lagi ke pertanyaan awal, Sudahkah Ibu bahagia dengan Hidup kita Sekarang? Jika sudah, berarti kita sudah menjadi anak yang baik dan berbakti. Jika belum, maka usahakanlah untuk melakukannya secara perlahan dan diiringi doa. Selamat hari ibu.
*Selamat hari Ibu buat Omak saya, R.Sihombing dan tentunya semua Kompasianer yang telah mendapatkan gelar mulia (Ibu) tersebut! Semoga hidupnya selalu terberkati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H