Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rumah Sakit Jiwa Siap Menunggu Caleg Stress

9 Februari 2014   02:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:01 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1391886607843465146

[caption id="attachment_321430" align="aligncenter" width="300" caption="static6.com"][/caption] Mendaftarkan diri menjadi salah satu Calon Legislatif di Indonesia memang tidak terlalu rumit. Tidak perlu ahli dalam bidang Politik, Hukum, Undang-Undang., Pendidikan atau bahakan penguasaan wawasan Nusantara. Bahkan tidak terlalu dipersoalkan jikapun tidak tahu berapa banyak Provinsi di Negara ini. Setidaknya demikian menurut UU No 8 tahun 2012 bab VII bagian 1 tentang persyaratan Calon Legislatif (Caleg) . Merebut salah satu kursi di perguruan tinggi negeri seakan lebih sulit persyaratannya dibandingkan menjadi Caleg. Maka tak mengeherankan berbondong-bondong orang yang ingin ikut meramaikan bursa Caleg pada pemilihan Legislatif April mendatang.

Semakin banyak Caleg yang mendaftar maka berbanding lurus juga dengan semakin sengitnya persaingan. Karena Pileg bukan ajang lomba Intelek ataupun pengalaman berkecimpung di dunia politik yang bisa dinilai Masyarakat Usia pemilih, atau dalam hal ini juga masyarakat usia pemilih tidak mau ambil pusing dengan mencari tahu sepak terjang para Caleg ini. Maka cara paling instan yang Caleg lakukan untuk menarik simpati masyarakat agar memilihnya adalah dengan memberikan servis kepada massa yang datang saat kampanye. Servis ini bisa berupa pemberian Beras gratis, Gula gratis, pulsa gratis pembukaan lahan tani gratis atau bahkan secara gamblang memberi uang yang diselipkan saat mendatangi kampanye. Ini sudah menjadi rahasia umum dan sudah dipandang sebagai usaha atau upaya Caleg dalam berkompetisi. Inilah yang menjadi syarat implisit/tersirat yang tidak tertulis pada Undang Undang , yakni menjadi Caleg berarti harus menyiapkan uang yang tidak sedikit. Bahakan salah satu anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo menyebut dana yang dibutuhkan Caleg jika benar-benar serius paling sedikit 1 Milyar. Harga ini memang sangat fantastis. Tetapi jangan ditanya mengapa masih saja sangat banyak orang yang mendaftar menjadi caleg. Tentu saja 1 Milyar tidak terlalu mahal mengingat kenikmatan yang akan di dapatkan saat memiliki Kursi di Senayan. Hak bersuara, kekuasaan, popularitas dan paling utama Gaji yang terbilang besar, belum lagi tunjangan-tunjangan dan berbagai proyek-proyek yang diurus nantinya. Maka bukan hal yang sulit bagi Caleg- Caleg ini mengembalikan uang 1 Milyar tersebut. Mengingat trend Korupsi sekarang, maka akan semakin singkat saja menggandakan 1 Milyar itu.

Kenikmatan yang terasa mudah dan sangat menjanjikan tersebut tentunya akan terwujud jika berhasil terpilih menjadi anggota Legislatif. Seperti biasa dalam kompetisi, ada yang kalah dan menang. Tak berbeda dengan Caleg ini, mereka juga kebanyakan akan gagal dan tentunya akan mengalami kerugian yang tidak sedikit. Caleg yang sudah tahan mental dan memang kaya raya mungkin hanya akan berakhir kekecewaan. Namun bagaimana dengan Caleg yang terlalu ambisius dan mendadak bangkrut dan dililit hutang karena modal menjadi Caleg? Mereka-mereka inilah yang kemungkinan besar akan terpuruk secara mendalam dan berujung pada kehilangan akal/kewarasan. Tidak terima dengan kerugian dan terlalu memimpikan kenikmatan tawaran jadi anggota dewan akan menyebabkan mereka ini berakhir di Rumah Sakit Jiwa. Ini bukan kasus baru lagi, semenjak Pemilu dilaksanakan penyebab orang menjadi penghuni Rumah Sakit Jiwa beratambah satu lagi, yakni karena Gajleg (Gagal Jadi Anggota Legislatif). Sehingga muncullah RSJ (Rumah Sakit Jiwa) yang sudah kusus bersiap menampung Caleg-Caleg stress ini.

Salah satunya RSJ Ernaldi Bahar di Palembang, Sumatera Selatan. Belajar dari pengalamannya pasca Pileg 2009, RSJ ini telah menyiapkan ruang khusus untuk calon-calon Caleg stress. Mulai dari ruangan biasa hingga VIP sengaja dialokasikan untuk Caleg. Ruangan tersebut sengaja dipisahkan dari penghuni RSJ biasa, agar menjaga ketenangan para Caleg Stress tersebut supaya tidak lebih parah.

Kemudian ada RSJ marzoeki Mahdi di Bogor, Jawa Barat. RSJ ini mengaku sangat siap menampung Caleg-Caleg stress untuk diperbaiki kejiwaannya. Sama dengan Ernaldi, RSJ ini juga telah menyiapkan ruang khusus dan VIP untuk para Caleg gagal pada Pemilu April nanti. Mulai dari stok ruangan, obat-obatan hingga psikiater sengaja dipersiapkan guna menyambut Caleg-Caleg gagal.

Kekalahan dalam suatu kompetisi seperti Pemilihan Legislatif (Pileg 2014) nanti tentunya hal yang seharusnya biasa bagi Caleg. Berani bertanding, pastinya harus berani untuk menang maupun kalah. Jika harus sampai menjual segalanya demi ambisi menjadi Caleg, ada baiknya diurungkan saja dahulu. Apabila mental belum siap untuk menghadapi kegagalan, maka dibatalkan saja dahulu. Jika tidak, maka RSJ di atas akan menjadi rumah selanjutnya bagi Caleg ini pasca Pileg. Alih-alih duduk di Senayan justru berbaring di Rumah Sakit Jiwa.

Referensi:

http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/news/2014/01/05/185918

http://news.liputan6.com/read/821285/rs-marzoeki-mahdi-bogor-siap-sambut-caleg-stres?wp.trkn

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun