[caption id="" align="aligncenter" width="594" caption="Raffi Ahmad dihipnotis Uya Kuya (image/mbigroup.co.id)"][/caption]
Raffi Ahmad memang telah menjadi salah satu bintang televisi paling populer saat ini. Bersama Olga Syahputera dan Luna Maya, Ia memulai menikmati puncak kariernya sejak memandu acara Dahsyat. Setelah itu, ketiganya wara-wiri di berbagai stasiun televisi di Tanah Air, mulai dari menjadi presenter, pemain sinetron/FTV, penyanyi, hingga menjadi Komedian dadakan. Layaknya Olga, Raffi Ahmad juga menjadi salah satu kunci suksesnya acara-acara televisi seperti Pesbukers, YKS, Dahsyat, dan Slide Show. Rasanya susah menyebut stasiun televisi yang belum pernah sekalipun menampilkan wajah pria berusia 27 tahun ini. Dengan memiliki beberapa acara yang tayang setiap hari, dipastikan Raffi Ahmad menjadi salah satu pesohor Tanah Air dengan pendapatan fantastis. Tak heran, Ia mengoleksi mobil sport hingga motor gede seperti yang diberitakan televisi.
Kepopuleran Raffi Ahmad juga tak lepas dari sensasi-sensasi yang terangkat ke media. Kisah percintaannya dengan Yuni Shara yang terpaut usia cukup jauh menghiasi setiap acara gosip di televisi atau media online tahun lalu. Tak lama kemudian Raffi juga dikait-kaitkan dengan puluhan selebriti perempuan yang gonta-ganti menjadi pacarnya. Puncaknya, Raffi pernah tertangkap oleh BNN terkait kasus penggunaan Narkoba di rumahnya sendiri bersama teman-temannya di Januari 2013 lalu. Namun demikian, kasus-kasus tersebut tak menjadi batu sandungan kepopuleran seorang Raffi Ahmad.
Usai kasus tersebut, Ia malah kian terkenal layaknya Ariel Noah yang makin bersinar pasca dikeluarkan dari Penjara terkait kasus Pornografi. Untuk yang satu ini, kita mungkin bisa menanyakannya kepada masyarakat Indonesia. Sensasi yang diciptakan para pesohor-pesohor ini justru menjadi modal mereka untuk diundang ke berbagai acara televisi, yang memang lebih tertarik membahas selebriti bermasalah. Demikian juga Raffi, usai kasus tersebut Ia diundang ke berbagai acara talkshow. Hingga kembali menjadi host dahsyat seperti biasa. Dan menjadi salah satu pemain utama di acara Fenomenal, YKS.
Sebagai salah satu bintang televisi yang terkenal dan memiliki nama besar di industri ini, sebenarnya Raffi Ahmad tidak memerlukan sensasi-sensasi lagi untuk menaikkan pamornya. Seperti pesohor yang sudah matang dan sudah lama mengecap asam manis dunia hiburan harusnya Raffi lebih dewasa dan memagari diri untuk hal-hal yang positif saja yang mengarah pada profesionalismenya sebagai pekerja dunia hiburan tanpa mencampuradukkannya dengan kehidupan pribadi. Namun Raffi memang berbeda dari pesohor-pesohor besar kebanyakan yang biasanya beralih mengukir prestasi dan menyembunyikan kehidupan pribadi. Walaupun popularitasnya sudah jauh di atas, Raffi tak ubahnya masih mengotakkan diri dalam lingkaran artis sensasional yang masih menjual kehidupan pribadi ke ranah publik.
Entah berapa kali Raffi Ahmad dihipnotis dan tanpa canggung membeberkan kisah pribadinya kepada semua orang. Bahkan rasanya, tak ada acara hiburan yang dihadirinya tanpa membongkar masalah pribadinya. Baik dengan cara langsung melalui ocehan-ocehan teman-temannya di televisi dengan menghadirkan mantan-mantannya dalam beberapa episode hingga dengan cara dihipnotis hingga Raffi tanpa sungkan membeberkan semua rahasianya di depan televisi nasional.
Bahkan tatkala, media menjadi latah dan menunjukkan penasaran berlebihan tentang pernikahannya bersama pemeran film televisi, Nagita Slavina, penyebabnya adalah Raffi juga yang terlalu terbiasa mengumbar kehidupan pribadinya melalui hipnotis-hipnotis yang disetujuinya secara senang hati. Maka Raffi Ahmad secara perlahan membentuk imej sendiri sebagai selebritis yang terkenal karena mengumbar kehidupan pribadi.
Metode jualan kehidupan pribadi di dunia hiburan Indonesia memang seakan-akan sudah menjadi syarat kepopuleran seorang pesohor. Jika dulu popularitas seorang artis naik manakala sukses memainkan suatu peran dengan baik, maka sekarang sensasi lebih diperhitungkan untuk dijadikan bahan jualan. Sehingga wajah pertelevisian Indonesia saat ini sedemikian buruknya. Ampuhnya metode ini juga tak terlepas dari pemirsa televisi yang kebanyakan juga merasa senang dan menjadikan kisah pribadi seseorang sebagai bahan tertawaan. Sehingga Kisah hidup Raffi Ahmad dijadikan industri lawakan yang dijadikan bahan tertawaan penggemar acara-acara yang dibawakannya.
Menjadi hak dan pilihan seseorang untuk membeberkan kehidupan pribadi kepada siapa pun. Demikian juga dengan Raffi Ahmad. Sayangnya, jika saja yang dibagikan adalah kisah-kisah inspiratif tentunya tidak masalah. Yah, sebut saja contohnya tentang perjuangan kariernya yang mungkin bisa memotivasi penonton. Sayangnya, kebanyakan topik yang dibeberkannya dalam setiap hipnotis yang dilakoninya adalah hubungan asmaranya dengan berbagai selebriti. Entah apa faedahnya untuk masyarakat umum. Mengajarkan untuk menjadi player?
Anehnya, penonton di studio malah tertawa-tawa walaupun mendengarkan cerita yang itu-itu saja. Bahkan saat Raffi mengungkapkan kekurangan mantannya. Dan ketika di acara Dahsyat Sabtu (28/6) Ia dihipnotis Uya Kuya dengan sugesti menganggap rambutan menjadi seorang bayi, yang kemudian Raffi menciumi rambutan tersebut layaknya bayi pada saat dihipnotis. Penonton di studio tertawa tak henti-hentinya. Tak tahukah mereka itu suatu pelanggaran terhadap perlindungan anak-anak? Aneh, bukan?
Jadi rusaknya kualitas acara televisi kita saat ini juga dipengaruhi oleh kualitas penontonnya. Kurangnya pengetahuan beberapa lapisan masyarakat akan kualitas suatu tayangan televisi serta efeknya dalam kehidupan sehari-hari menjadikan wajah pertelevisian nasional mencekam dan kian mengkhawatirkan. Melihat selera masyarakat saat ini, maka Raffi Ahmad, Kartika Putri, Denny Cagur dan Ayu Dewilah yang akan bertahan dengan cerita dan sensasinya masing-masing. Maka hiburan televisi berubah menjadi kehidupan pribadi mereka yang dibongkar setelah kehilangan kesadaran akibat hipnotis yang menjadi trend televisi saat ini.
Harapan kita hanyalah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk mengembalikan wajah pertelevisian Tanah Air kepada yang semestinya. Teguran-teguran harusnya tak hanya kepada program acara televisi, tetapi harus termasuk pemerannya. Walaupun lambat, yang penting masih bekerja. Semoga saja KPI bisa bekerja layaknya Komisi Pemberantas Korupsi (KPK). Cepat, tepat dan Tanpa pandang bulu. Sehingga sosok-sosok yang kita lihat di televisi adalah mereka yang berprestasi dan bukan yang kaya sensasi. Maka, tak ada keraguan jika generasi muda Indonesia menjadikan Selebriti sebagai role model. Salam!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H