Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Politisi Demokrat Berlomba jadi Tahanan KPK

17 Januari 2014   15:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

PEMILU tahun 2014 ini menjadi momentum yang akan menentukan di tangan siapa masa depan bangsa ini selama lima tahun ke depan, tepatnya 2014-2019. Di awali dengan pemilihan calon legislative daerah hingga pusat, kita akan menentukan sendiri tokoh-tokoh yang duduk untuk membuat kebijakan-kebijakan di negara Indonesia. Disebut sebagai wakil rakyat, tentunya berasal dari rakyat , dipilih oleh rakyat dan berjuang untuk rakyat. Setidaknya begitulah seharusnya yang diharapkan masyarakat. Puncak dari pesta demokrasi lima tahunan ini adalah pemilihan Presiden Republik Indonesia sebagai pimpinan tertinggi di negara ini. Sehubungan dengan itu, maka berakhir pulalah jabatan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai RI 1 setelah dua periode berturut-turut memimpin bangsa ini terhitung sejak 2004-2009 dan 2009-2014. Maka beberapa tokohpun mulai menunjukkan geliat sebagai calon presiden baru. Kebanyakan dari mereka adalah tokoh sentral partai politik. Sebut saja ketua umum parpol ataupun Dewan Pembina Parpol.

SBY sendiri pertama kali muncul di Pemilu 2004 dengan mendirikan partai baru, yakni Partai Demokrat. SBY muncul sebagai Capres baru yang awalnya tidak disangka-sangka, namun pada akhirnya terpilih sebagai Presiden dan bahkan mengulangi kesuksesannya di Pemilu 2009 menjabat Presiden untuk periode kedua. Walau di masa jabatannya, banyak kabar burung yang tidak enak beredar di kalangan masyarakat namun tetap SBY bertahan hingga akhir jabatan seperti saat ini. Namun sepertinya kesan buruk di akhir jabatannya tidak dapat dielakkan kala Komisi Pemberantasan Korupsi berhasil mengungkap kasus korupsi yang dilakukan oleh orang dekatnya, dalam hal ini tokoh-tokoh penting partai Demokrat.

Secara langsung, SBY tidak dapat disalahkan karena memang tidak ada satupun kasus yang melibatkannya. Tetapi beliau juga tidak bisa sembunyi tangan ketika politisi partainya yang sedang menduduki jabatan pemerintahan ditelanjangi oleh KPK yang berakhir di bui. Diawali dengan Bendahara Partai, Nazaruddin yang berbuntut menjadi juru kunci KPK membuka kasus Korupsi Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum, Andi Malaranggeng dan entah siapa lagi berikutnya. Ketiga politisi Demokrat Angie, Ansas dan Andi ini merupakan yang paling dikenal masyarakat dan paling vokal dalam iklan Parpol yang berlambang mercy ini mengiklankan anti korupsi. Nyatanya, Trio ‘A’ ini malah sudah menjadi tahanan KPK. Mereka ini adalah tokoh-tokoh sentral Partai Demokrat dan menjadi Anggita DPR RI dan Menteri Pemuda dan Olahraga sebelum dibui. Tokoh sentral Demokrat ini tentu saja dekat dengan SBY, karena sebagai tokoh utama Demokrat senua jabatan internal partai haruslah disetujui oleh SBY sendiri.Jika politisi yang pernah dianggap masyarakat sebagai tokoh potensial pemimpin bangsa di atas telah berakhir di bui, maka masih banyak politisi democrat yang diisukan terkait kasus Korupsi juga, bahkan Edi Baskoro putera SBY sempat dicurigai terlibat kasus korupsi proyek Hambalang. Miris bukan?

Kasus korupsi yang sudah sejak dulu telah menjadi trend dalam perpolitikan Indonesia . bahkan bisa tidak bisa dijamin satupun partai politik yang bersih dari Korupsi. Namun Demokrat sepertinya menjadi partai paling Korup saat ini dikarenakan beberapa politisinya yang beruntun terjerat KPK. Ini tentunya menjadi kerikil tajam bagi masa depan partai Demokrat. Terbukti dengan hasil berbagai survey yang menunjukkan ketidakpercayaan masyarakat untuk memilih Partai berlambang Mercy ini. Lebih dari itu, kasus korupsi setahun terakhir yang dilakukan politisi Demokrat akan menjadi catatan buruk di akhir jabatan SBY. Demokrat sepertinya harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan simpati dari rakyat kembali. Tentunya tidak hanya dengan iklan ‘KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI’ namun menggantinya dengan ‘ Gantung di Monas jika terbukti Korupsi’.

Bagaimanapun juga SBY telah memberikan yang terbaik yang beliau bisa untuk negara ini dan harus dihargai. Akhirnya semoga di periode selanjutnya kita bisa menemukan tokoh Presiden yang kita harapkan dan mampu membawa negeri ini lebih maju lagi demi Indonesia yang lebih baik. Jadi mari memilih!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun