[caption id="attachment_394232" align="aligncenter" width="589" caption="Ilustrasi- Pemain bulutangkis Ganda Campuran Indonesia, Tontowi Ahmad (kiri) dan Liliyana Natsir/Kompasiana (KOMPAS.com)"][/caption]
Sejak dulu Bulutangkis sudah menjadi andalan Indonesia untuk berprestasi di Turnamen Olahraga Dunia. Indonesia menjadi salah satu negara terpandang yang selalu menjadi lumbung pemain-pemain hebat yang selalu memimpin perolehan piala di berbagai kejuaraan. Dari lima nomor perseorangan yang dipertandingkan di kejuaraan bulutangkis yakni tunggal putera/i, ganda putera/i dan ganda campuran, Indonesia selalu memiliki jagoan yang bertengger sebagai pemuncak dalam pemeringkatan atlet-atlet badminton dunia.
Sudah banyak nama besar yang menjadi sejarah di bulutangkis dunia yang berasal dari Indonesia. Sebut saja Susi Susanti yang hingga sekarang masih menyandang gelar Ratu Superseries. Dan masih sangat banyak veteran bulutangkis yang dulu sangat berjaya. Tak heran Indonesia menjadi salah satu negara badminton terbesar dan mampu disejajarkan dengan China, Jepang, Denmark dan Korea Selatan. Hal ini tentu saja karena empat negara inilah yang selalu menjadi jagoan di berbagai turnamen baik tim maupun Perseorangan. Dan dominasi Bulutangkis benar-benar hanya seputar negara tersebut. Dengan kata lain, kekuatan bulutangkis memang tak merata di dunia. Tak heran banyak negara Eropa yang dulu memprotes masuknya Badminton sebagai salah satu Cabang olahraga di Olimpiade. Namun, kritikan itu tampaknya takkan pernah terdengar lagi karena sekarang peta kekuatan bulutangkis dunia sudah mulai menyentuh ke hampir semua negara layaknya cabang olahraga lain.
Secara perlahan, negara-negara yang dulu dipandang sebelah mata dalam persaingan gelar di bulutangkis dunia mulai unjuk gigi di 2 tahun belakangan ini. Carolina Marin, Tunggal Puteri Spanyol memulai surprise ini dengan tampil sebagai Juara pertama di Kejuaraan yang sangat bergengsi yakni World Badminton Championships 2014 dengan menumbangkan Puteri China. Atlet yang lahir tanggal 15 Juni 1993 ini sukses membuat puteri-puteri China yang biasanya mendominasi nomor ini terpukau dan hati-hati dengannya. Marin mengalahkan Li Xuerui yang merupakan Tunggal andalan China sekaligus peringkat satu dunia di babak final Kejuaraan Dunia tersebut. Namanya berkibar dan kini langsung memasuki top 10 atlet tunggal puteri terbaik. Dari pemeringkatan BWF (29/1/2015), Carolina menempati urutan ke delapan. Tak hanya Marin, tunggal Puteri Amerka Serikat Beiwen Zhang mulai merangkak di posisi 12. Lalu ada wakil Spanyol lainnya di peringkat 24 dan Kristy Gilmour, wakil Skotlandia di peringkat 26 dunia. Wakil Denmark, Germany dan France pun mengekor di top 50 atlet putri terbaik.
Tak hanya Eropa, di posisi top 10 pun sudah mulai diisi oleh pemain-pemain baru. Dua posisi puncak memang masih milik China, namun India berhasil mengirimkan Siana Nehwal di peringkat ketiga dan PV Sindhu di peringkat sepuluh. Sung Ji Hyun menjadi kampiun Korea di peringkat empat. Dua pemain muda yakni Tai Tzu Ying mengamankan Taipe di posisi delapan dan Ratchanok Intanon menempatkan Thailand di posisi 9.
Bagaimana dengan Tunggal Puteri Indonesia?
Sangat disayangkan, walau sudah menjadi negara paling berprestasi di nomor tunggal puteri sejak dulu. Prestasi tunggal puteri kian lama semakin buruk saja dan bahkan terlindas oleh peman-peman muda eropa. Adriyanti Firdasari hanya mampu bertengger di peringkat 29 dunia. Tak heran mengingat tak ada prestasi apapun selama setahun terakhir.
Tak hanya di sektor Tunggal Puteri, nomor Putera pun terrombak secara drastis. Absennya Lee Chong Wei dikarenakan kasus doping beberapa bulan lalu, membuat mahkotanya sebagai pemain top direbut oleh Chen Long, putera China. Menyusul Chen long, tiga Tunggal Denmark mampu tembus ke top 10. Mereka adalah Jan O Jorgensen di peringkat 2, Hans Kristian Vittinghus di peringkat 8 dan Victor Axelsen mengekor di peringkat 9. Dua pemain paling bersinar tahun lalu juga menghiasi daftar 10 terbaik. Mereka adalah K Srikanth dari India di peringkat 5 dan Chou Tien Chen wakil Taipei di posisi 7. Pemain kawakan China, Lin Dan di posisi 6 dan Korea masih aman di posisi 4 dengan wakilnya Son Wan Ho. Sementara itu, andalan indonesia yakni Tommi Sugiarto yang sepanjang tahun lalu menghiasi daftar lima besar kini terlempar keluar dari top 10. Tommi yang memang tidak mengantongi gelar di 2014 hanya mampu bertengger di peringkat 11.
Tahun 2013 hingga mid 2014, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan sangat dielu-elukan karena mampu mengoleksi banyak gelar di turnamen besar. Itu pula yang mengantarkan keduanya sebagai pemain ganda Putera terbaik dunia dalam periode itu. Namun itu hanya berlangsung sebelum duo Korea Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong kembali turun lapangan. Menjelang penutupan tahun 2014, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan juga 'tutup prestasi' karena selalu dilibas oleh duo Korea Tersebut. Menurunnya prestasi keduanya langsung menyorotkan peringkatnya di dunia. Kini Mohammad Ahsan/hendra Setiawan hanya mampu mengisi posisi sebagai peringkat 5 dunia. Selain di posisi Puncak melalui Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong, Korea juga memiliki Ko Sung Hyun/Shin Baek Cheol di peringkat 3. Duo German bertengger sebagai runner up melalui Mathias Boe/Carsten Mogensen. Ini tentu saja sangat disayangkan, padahal selama ini Indonesia sangat mengandalkan gelar di nomor ini.
Di nomor ganda puteri, Indonesia memang mulai memberi kejutan dengan kemenangan Greysia polii/Nitya Maheswari di ASIAN GAMES 2014 lalu dan ditambah gelar Grand Prix Gold. Sayangnya prestas tu tak berhasil dipertahankan di kejuaraan Superseries, ganda ini malah absen di beberapa turnamen besar dan beberapa kali cidera. Walau begitu posisinya masih bertahan di top 10 yakni peringkat 9. Tak hanya China lagi yang mendominasi, dua ganda Jepang mengisi top 10 dan tiga ganda Korea semakin membuat daftar ini berwarna. Wakil Denmark, Kamilia Ryther Juhl/Christinna Pedersen mampu duduk di peringkat 4. Ganda Puteri Belanda juga mulai merangkak di posisi 12. Wakil Bulgaria di posisi 18 dan Amerika Serikat berhasil masuk ke peringkat 21.