Derajat suatu Negara dipertaruhkan oleh bangsanya sendiri. Bagaimana budaya, gaya hidup, cara berfikir hingga adaptasi bangsa dalam mengimbangi kemajuan negara lain menentukan seberapa maju negara tersebut. Bangsa yang bermartabat sudah secara otomatis membangun negara yang berderajat baik tentunya. Secara lengkap Martabat ini tak hanya sebuah aplikasi masyarakat yang tumbuh dengan pengetahuan atau IQjenius dengan kata lain dipenuhi orang-orang jenius, namun pada hakikatnya martabat tersebut mengacu pada moral dan nilai-nilai sosial yang terbukti dengan keharmonisan sosial antar masyarakat dalam suatu negara. Upaya inilah yang ingin diwujudkan dalam dunia pendidikan. Pendidikan menciptakan masyarakat terdidik, berfikiran maju untuk selanjutnya memiliki visi positif demi membangun negara. Pendidikan akan melahirkan masyarakat yang cerdas, berbudaya, berpegang teguh akan norma dan pada akhirnya mengangkat martabat negara di mata dunia.
Apa Kabar Pendidikan Kita?
Sebenarnya tak ada yang kurang dari konsep pendidikan Indonesia saat ini, semakin hari kian banyak generasi muda yang mengisi kolom pemberitaan dengan ekspos prestasi baik di dalam maupun luar negeri. Katakanlah menjuarai berbagai olimpiade di tingkat Internasional, munculnya inovasi-inovasi baru dari sekolah-sekolah dalam negeri yang akhirnya disorot media luar. Belum lagi semakin menjamurnya investor asing yang membuka jalan bagi sejumlah generasi muda untuk belajar di luar negeri dengan jalur beasiswa. Potensi masyarakat kita sebagai salah satu negara dengan penduduk terpadat di dunia dengan tingkat usia produktif yang cukup tinggi sudah barang tentu besar, wajar saja menjadi sorotan. Segala bentuk instansi pendidikan tersedia, swasta maupun negeri, formil hingga non-formil, sekolah premium hingga standar yang akan siap menampung generasi muda. Kesempatan besar untuk bangsa kita yang besar pula seharusnya mampu mengangkat derajat Bangsa yang bermartabat di mata dunia.
Berlandaskan Pancasila, bangsa kita yang heterogen memang seakan dilapisi dasar yang kuat untuk senantiasa bersatu padu memajukan negara. Pendidikan dengan azas Pancasila terdengar sempurna untuk mewujudkan cita-cita negara dan implikasi yang baik pasti akan melahirkan  bangsa yang terdidik, cerdas dan agen-agen penyatu negara. Namun Kenyataannya?Beberapa poin di bawah adalah realita yang masih menjadi tantangan bagi dunia pendidikan itu sendiri.
Sekolah masih berperang dengan Siswanya
Seberapa kuat sekolah-sekolah saat ini dalam memahat siswanya menjadi generasi pembawa perubahan positif bagi Negara? Sekolah menjadi lembaga formal dalam menuntut ilmu, tempat penitipan generasi muda bangsa untuk nantinya diharapkan mampu menjadi bangsa bermartabat. Sebagai rumah bagi muridnya, sudah sepatutnya Sekolah menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi murid. Sayang setiap tahun kita masih mendengar beberapa sekolah terjerat kasus hukum akibat kasus-kasus yang merugikan murid. Setiap tahun pula kita harus mendengar polisi kejar-kejaran dengan siswa-siswi yang baru saja lulus dengan berkonvoi di jalanan merayakan kebebasan dari Sekolah. Konvoi coret-coretbaju ini katanya dalam rangka kebebasan? Apa sekolah mengekang? Apa mereka tidak bebas di Sekolah? Jadi kebebasan macam apa yang dirayakan murid-murid ini? Inilah salah satu kebiasaan yang sebenarnya segera lenyap. Karena secara langsung, mereka baru saja mendeklarasikan 'bebas' yang konotasinya tidak nyaman di sekolah.
Sekolah bukanlah penjara, sekolah seharusnya rumah ilmu dan kreatifitas. Mungkin kita perlu cara-cara baru yang lebih santai dan ekspresif dalam menyebarkan ilmu. Pendidikan seyogyanya bukan hal yang membosankan apalagi mengekang, pendidikan adalah pengembangan diri di arah yang positif. Hal-hal seperti ini yang menjadi tantangan sekolah-sekolah saat ini dalam mewujudkan pendidikan yang nyaman, menarik namun tetap fokus dalam menciptakan generasi berkualitas.
Orang Tua seringkali terjebak menanggapi Sekolah anak
Sekolah dan Orang Tua menjadi dua pilar penting dalam memaksimalkan perkembangan ilmu dan mental siswa/anak. Sayang seringkali orang tua membuat sistem pendidikan stuckdan rancu apalagi bila melibatkan mental si anak. Sebagai contoh, Orang Tua sering menyalahartikan hukuman yang diberikan Guru dikarenakan anaknya melanggar peraturan. Malahan banyak guru yang tersangkut kasus karena hal ini. Berbeda dengan zaman dulu, Orang Tua malah ikutan menambah hukuman apabila si anak melapor di hukum gurunya karena melanggar peraturan. Hal-hal seperti ini yang membuat generasi muda malas dan sistem pendidikan menjadi rancu. Akhirnya Guru bingung, orang tua bingung dan si anak juga turut bingung. Belum lagi banyaknya orang tua yang memaksakan keinginan dalam memilih pendidikan si anak, tak perduli dengan bakat dan passionanaknya. Alhasil si anak yang adalah generasi bangsa stress menghadapi gejolak dari dalam dirinya yang selalu berontak.
Orang tua mengambil peran penting dalam pendidikan bernegara. Sebagai guru pertama yang dikenal anak, Orang Tua sepatutnya membentuk karakter anak dengan baik. Jika sekolah sekarang hanya mampu dengan baik menyampaikan knowledge, maka rumah dan orang tua lah yang ahli dalam mendidik mental dan sikap dasar anak. Dengan demikian, akan tercipta generasi yang cerdas dan berkarakter.
Dilema Demokrasi dan Komunitas Anarkis