Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengembalikan Paru-paru Dunia Menjadi Biodiversitas dan Keseimbangan Alam (Edisi Andai Aku Presiden)

3 Maret 2014   09:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:18 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13937870951485684229

[caption id="attachment_325596" align="aligncenter" width="300" caption="Kebakaran Hutan Riau (gatra.com)"][/caption]

Salah satu negara yang memiliki hutan terluas di dunia menjadi suatu hal yang dapat dibanggakan dari Indonesia. Mempunyai Lebih dari 88 Juta Hutan mengantarkan Indonesia dalam 10 besar negara dengan Hutan Terluas Di dunia. Bersamaan dengan ribuan pulau yang berjajar membentuk kesatuan Nusantara, Hutan ini juga menjadi surga keanekaragaman hayati. Berbagai spesies flora dan fauna bersatu membentuk keseimbangan alam dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang paling kaya Sumber Daya Alamnya. Maka selain sektor Minyak dan Gas (Migas), Sektor kehutanan menjadi penyumbang devisa terbesar bagi perekonomian Bangsa. Aspek Ekonomi yang dihasilkan dari Hutan tentunya berakar dari eksplorasi hasil hutan. Kekayaan perut hutan yang menjanjikan banyak dolar, memunculkan tindakan-tindakan destructive yang kian hari berujung pada penggundulan hutan. Indonesia yang dulu sangat hijau bertransformasi menjadi gersang dikarenakan deforastasi yang berujung dengan banyaknya bencana alam yang terjadi. Kini, alam tak lagi bersahabat karena tak banyak lagi Hutan yang mampu menjaga keseimbangan alam.

Sejak memasuki tahun 2014, Indonesia mengalami banyak bencana alam. Sebut saja Banjir bandang di Manado, Banjir “klasik” Jakarta, Banjir Medan hingga kebakaran Hutan Riau yang mengakibatkan kabut asap. Saking hebatnya , Kebakaran hutan Riau yang kini belum juga tuntas kabarnya mendapatkan kritik dari negara tetangga, Malaysia dan Singapura yang terkena dampak kebakaran tersebut. Riau sebagai salah satu daerah yang memlliki kawasan hutan terluas di Indonesia kini hanya akan tinggal wacana, mengingat kebakaran hebat yang terjadi selama dua tahun terakhir.

Pengelolaan Hutan di Indonesia memang terlihat sangat buruk. Dengan cepat, Indonesia berubah menjadi negara metropolis dengan kemudahan pembangunan property dan real estate tanpa pikir panjang. Melihat banyaknya bangunan yang didominasi pusat perbelanjaan milik asli negara lain yang berinvestasi di negara ini menunjukkan betapa Indonesia sukses menjadi negara maju secara infrastruktur dengan mengorbankan masa depan alamnya. Jakarta sebagai contoh konkret yang kini berubah menjadi kota Megapolitan dengan ribuan Gedung milik Asing. Lingkungan yang gersang tanpa adanya pasokan pepohonan penyedia daya serap air menjadikan Ibukota sebagai daerah paling rawan banjir. Dengan hujan satu jam saja, beberapa sudut kota Jakarta akan terbenam. Semakin buruknya pelestarian Hutan juga ditandai dengan ketidak stabilan mitigasi iklim. Hutan yang telah tergerus dan gundul menimbulkan erosi yang selalu bersamaan dengan banjir.

Bencana atau Musibah akan selalu membawa Korban. manusia sendirilah yang selalu merasa menjadi korban paling tersakiti dalam hal ini. Tanpa memikirkan eksploitasi berlebihan yang telah dilakukan terhadap alam, Manusia hanya bisa mencari kambing hitam atau menyedihkan lagi mempertanyakan perlindungan sanga Penguasa. Manusia tidak memikirkan bagaimana Hutan yang dulu menjadi pemasok Oksigen terbesar kini diubah menjadi sumber bahan furniture, Kertas, Kelapa sawit hingga tanaman palawija yang selalu dinilai memberikan keuntungan besar. Maka terjadilah eksploitasi besar-besaran demi memperoleh uang sebanyak-banyaknya. Dari metode tebas bakar, ladang berpindah, hingga Illegal loging ditekuni tanpa memikirkan efek panjang dari tindakan tersebut. Terlepas dari siapa pihak yang melakukan tindakan destructive tersebut, tetap saja pelestarian Hutan adalah tanggung jawab bersama. Tetapi sejauh apakah kepedulian masyarakat mempertahankan Hutan sebagai paru-paru dunia yang menyeimbangkan alam? Apakah sebenarnya langkah yang tepat dilakukan untuk menjaga keseimbangan Hutan?

Tidak sedikit kegiatan yang dilakukan baik oleh para pemerintah maupun pecinta lingkungan (Green Peace) untuk melestarikan alam. Beberapa kegiatan seperti Penanaman satu Milyar Pohon, pembuatan Taman Hutan Kota hingga aturan Tebang Pilih yang konon diberlakukan oleh pemerintah. Tetapi sejauh apakah keberhasilan dari program-program tersebut?

Kegiatan-kegiatan bertajuk Cinta Lingkungan yang beragendakan penanaman pohon sangat mudah dijumpai. Event-event tersebut menjamur akan panasnya isu Global Warming akibat gas Rumah Kaca. Meningkatnya kadar Karbon Dioksida (CO2) di udara disebut-sebut merusak lapisan Ozon (O3) yang melindungi atmosfer dari Radiasi Ultraviolet langsung dari matahari. Semakin menipisnya O3, maka Iklim di bumi akan semakin memanas dan jika berkelanjutan berpotensi membakar semua isi bumi. Kegelisahan inilah yang memancing banyaknya kegiatan reboisasi yang dilakukan di Indonesia. Banyaknya agenda penanaman pohon yang dilakukan oleh hampir semua kalangan tetap saja tak menunjukkan hasil apapun. Bagaimana tidak? Penanaman pohon tersebut hanya berlangsung saat pergelaran acara, tanpa peninjauan intens dan perawatan. Apa mungkin pohon-pohon yang ditanam akan berkembang dan tumbuh besar? Penanaman sejuta pohon yang biasa dilakukan karena kedatangan seorang tokoh, tentunya hanya terlihat ketika ditanam saja. Bagaimana kelanjutannya mungkin hanya panitia pelaksana yang tahu atau bahkan malah tidak dipedulikan. Di sinilah perlu peran dari Pemerintah untuk memastikan dan memberi kewajiban untuk setiap penyelenggara acara sejenis agar memastikan pohon-pohon itu tumbuh dan berkembang. Sehingga penanaman pohon berhasil dan bukan hanya wacana atau ajang “heboh” dan ikut-ikutan saja.

Aturan tebang pilih yang diberlakukan pemerintah untuk pelaku Industri yang resmi memang bagus. Sayangnya, sejauh mana pemerintah mengamati realisasi kegiatan tersebut. Walaupun tidak mampu mengembalikan kualitas hutan sebagus awalnya, Tebang Pilih bisa saja berhasil menjaga keseimbangan alam tetapi dengan catatan harus dilakukan dengan tepat dan cepat. Tetapi tuntutan Ekonomi dan permintaan yang tinggi, terkadang membutakan pelaku bisnis hingga kadang melakukan cara-cara illegal demi beroleh keuntungan yang banyak. di sinilah terjadi krisis pohon. Sekali lagi, Hutan menjadi korban karena harga Kayu yang lagi mahal. Pemerintah sebagai pemilik keputusan harus bisa konsisten menjaga keseimbangan alam dengan tidak kecolongan akan kejadian seperti ini. Pemerintah harus mampu mengawasi dan memberikan alarm atau langsung memberhentikan industry terkait.

Indonesia yang terkenal akan kekayaan hutan dengan menyimpan jeni kayu berkualitas menjadi salah satu buruan para Perampok dari Luar negeri. Beberapa tahun lalu, marak pencurian kayu di Kalimantan. Tidak usah berdalih, pasti ada pihak dalam yang memuluskan pencurian tersebut. Disinilah letak kelemahan beberapa lapisan masyarakat yang sangat mudah tergoda akan iming-iming sejumlah uang. Pemerintah perlu juga mengambil tindakan bijak dalam menyikapi hal-hal demikian. Selain memberikan penyuluhan akan pentingnya pelestarian hutan, penting untuk memberikan penghargaan untuk masyarakat yang bersentuhan langsung dengan hutan. Bagaimanapun juga, mereka berperan aktif menjaga dan melindungi Hutan sebagai asset negara.

Hak Pengelolaan Hutan yang dikeluarkan oleh Pemerintah kepada pelaku Industri harus lebih selektif. Bukan hanya dengan perolehan pajak yang besar kepada Negara, Pemerintah perlu memberikan jangka waktu pengelolaan area gundul menjadi hutan hijau kepada Pelaku Industri. Jadi Pelaku industry harus menunjukkan komitmennya dalam pelestarian hutan sebelum memperoleh Hutan asli yang akan dikelola. Dengan demikian, sebelum menggunduli hutan, telah muncul hutan baru sebagai pengganti. Lebih dari itu, pemerintah perlu memberikan label yang jelas terhadap hutan yang tidak bisa disentuh dan menyidik secara serius pelaku pembakaran hutan dan penebangan liar.

Beberapa Tindakan di atas akan berhasil jika saja dilakukan dengan benar dan serius dan akan menjadi kebijakan-kebijakan  yang akan terrealisasi andai saja Penulis Jadi Presiden. Keberhasilan pelestarian Hutan ditentukan oleh semua pihak. Pemerintah dan rakyat harus bersama-sama mendukung program-program yang ditetapkan agar tercapai hasil yang diharapkan. Sikap tegas pemerintah perlu menjadi acuan dalam menjaga kelestarian hutan. Dengan memiliki pemerintahan yang tegas, bersih dan serius dalam penanganan permasalahan hutan maka tidak akan sulit menggalakkan pelestarian hutan di Indonesia. Hutan sebagai Biodiiversitas yang diisi banyak kehidupan mikro maupun makro sudah sepantasnya dipertahankan kelestariannya agar keseimbangan alam tetap terlaksana dan niscaya mampu mengurangi musibah yang disebabkan kerusakan alam. Sudah seharusnya terjadi Simbiosis Mutualisme antara manusia dan Alam, Alam dan isinya memang ada untuk dimanfaatkan. Tetapi harus dirawat dan dilestarikan juga agar tetap memberikan sarinya kepada generasi-generasi berikutnya. Mari bersama-sama melestarikan Hutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun