[caption caption="Ilustrasi/womeshealtmag.com"][/caption]
Â
Hari gini masih ngomongin virginity? kuno lo, ini tahun 2016 bro..!!!
Benar, ini memang tahun 2016 dimana internet dan teknologi telah membawa perubahan zaman yang begitu pesat yang berefek signifikan terhadap perilaku hingga gaya hidup manusia. Seiring dengan itu, pemikiran dan pola hidup manusia pun berubah dan lebih ‘maju’, maju dalam artian lebih terbuka dan kadang lebih condong tehadap gaya hidup bebas terutama dalam pergaulan. Kebebasan ini pula yang seringkali menjerumuskan banyak orang dengan kesalahpahaman menanggapi suatu hubungan. Walau dengan sejuta norma dan hukum yang berlaku di suatu daerah. Namun siapa yang bisa menyangka, pada akhirnya semua keputusan bertindak ada di tangan perorangan. Termasuk dengan keputusan untuk melakukan hubungan seks di usia berapapun dan juga melepaskan keperawanan di usia berapa saja. Sehingga di lapangan, siapa yang masih bisa menjamin seseorang masih perawan terlebih di lingkungan kota besar dan lagi pula siapa yang perduli? Apa masih ada? Jawabannya tentu saja ada!
Percaya atau tidak, jika anda (laki-laki lajang) memasukkan ini sebagai salah satu syarat untuk menjadi istri, maka bersiaplah untuk ditertawakan apalagi bila membicarakannya bersama teman yang sama-sama hidup di kota besar. Dan tentu saja itu bukan suatu kejutan di zaman sekarang ini. Sehingga suatu kali saya bersama kolega dari Italia dan Filipina entah mengapa sampai di topic tentang pernikahan dan keperawanan. Si Italia hidup bersama pacarnya dengan satu orang anak, bagi dia ‘membuat anak’ dan mencintainya jauh lebih penting daripada pernikahan. Nah, sementara yang Filipino, lebih memilih pernikahan dan bahagia juga dengan satu orang anak.
Berhubung saya sendiri yang belum menikah, maka keduanya berlomba memberikan tips tentang kehidupan rumah tangga masing-masing hingga akhirnya tiba dengan topic apakah keperawanan masih menjadi issue yang dibicarakan sebelum serius bersama partner. Sebuah kejutan, keduanya menyebutkan bahwa keperawanan itu penting dan menjadi satu concern yang ideal dalam menjalin pernikahan. Pertanyaannya adalah ketika anda masih meributkan keperawanan, apakah anda sendiri juga ‘perawan’? Bagaimana pula menjamin bahwa pasangan anda perawan sebelum memilih untuk hidup bersama dengannya? Dan apa pula yang akan dilakukan saat setelah menikah baru mengetahui ternyata pasangan sudah tidak perawan lagi?
Menjawabnya, Keperawanan itu memang bukan Cuma berlaku kepada kaum hawa, akan tetapi berlaku pula kepada laki-laki. Ketika anda seorang penganut pergaulan bebas, bagaimana mungkin anda masih menuntut sebuah keperwanan? Namun begitu, bagi para lelaki yang belum pernah berhubungan seksual, menjadi suatu opsi untuk menikah dengan wanita atau gadis. Maka sebelum menikah, keduanya perlu terbuka dan saling jujur tentang apapun sehingga tidak terjadi kesalahpahaman kelak. Namun  wajarkah pertanyaan, Apakah kamu masih perawan? Terdengar tabu, namun jika saling berjanji untuk terbuka maka hal apapun bisa didiskusikan. Ketika cinta yang bicara, apa yang mampu menghalangi?
Jadi sebenarnya perlukah keperawanan itu?
Jawabannya perlu! berbicara mengenai keperawanan, tak selamanya mengarah kepada perihal selaput dara dan fisik. Kesucian tak akan dinilai dari fisik, namun perilaku dan bagaimana dia memperlakukan anda. Apalah artinya fisik jika dia mampu memperlakukan anda dengan baik, penuh kasih sayang dan setia? Maka carilah pasangan yang suci dari perilaku, suci dari sifat dan bersih dari niat-niat buruk terhadap anda dan keluarga. Kembali lagi apa alasan anda untuk memutuskan menikah, apakah karena cinta atau hanya untuk memuaskan kehidupan seks anda?
Lalu bagaimana dengan mereka, pencari perawan untuk diperistri? Kembali lagi kepada pilihan masing-masing individu dan prinsip mereka. Walau zaman sedemikian bebasnya, tentu saja masih banyak perempuan yang mampu menjaganya hingga menikah. Tergantung jodoh anda akan dipertemukan dengan siapa. Jika mendapatkan perempuan perawan secara fisik dan suci secara perilaku, maka jangan berfikir dua kali meminangnya. Namun tak perlu berkecil hati bagi yang tidak, karena Cinta akan menyempurnakan kekurangan apapun yang ada dalam hubungan. Jadi tetap bersyukur, sama halnya dengan kedua teman saya di atas.
Pembicaraan tersebut berakhir dengan jawaban pamungkas keduanya, bahwa mereka menjalani hidup rumah tangga selama ini hanya karena dasar cinta dan cocok,walau wujud ikatan keduanya berbeda. Satu dengan pernikahan dan yang satunya tanpa pernikahan. Dan apakah mereka menikahi gadis perawan? Keduanya menjawab hanya mengingat bahwa pernikahannya terjadi karena cinta.