[caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="Dewi Perssik (kedua dari kiri) dan Julia Perez, beberapa dari banyak pemain film horror Indonesia saat ini. (KOMPAS.com)"][/caption]
Sebuah kebanggaan bagi Industri perfilman Indonesia saat beberapa judul film hasil kreatifitas anak negeri meraih apresiasi di kancah nasional dan bahkan diterima oleh penikmat film mancanegara. Judul-judul film seperti The Raid, Sokola Rimba, Ruma Dara, Java Heat, What They Don'T Talk About When They Talk About Love, Laskar Pelangi, Habibie dan Ainun dan yang terbaru Tenggelamnya Kapal Van Der Wjick menjadi beberapa film yang menjadi bukti kualitas produksi Indonesia. Film-film yang mewakili berbagai genre ini terbukti berhasil menarik perhatian pengunjung bioskop untuk membeli tiket menonton Film produk Indonesia. Ketatnya persaingan meraih perhatian penonton bioskop memang menjadi tantangan tersendiri bagi Rumah produksi dalam menciptakan scenario yang unik dan mengubahnya ke dalam bentuk audio visual yang menarik. Produktivitas perfilman Hollywood yang sangat tinggi juga menginvasi perfilman dalam negeri dalam hal penjualan tiket. Film-film Hollywood seakan tak berhenti menciptakan judul-judul baru yang selanjutnya menjadi box office menggeser film-film lokal. Jika selalu menayangkan cerita yang monoton, bukan tidak mungkin film lokal akan mati suri atau bahkan berakhir tinggal sejarah. Dan bioskop kitapun menjadi ladang bagi film-film internasional untuk mengeruk rupiah. Film Lokal secara perlahan akan tamat, seperti Ayam mati dalam lumbung padi.
Selama dua tahun terakhir, Produksi film-film Indonesia yang berkualitas memang lumayan banyak. berbeda dengan tahun 2009 – 2012 yang mana bioskop Kita dihiasi film-film yang tidak jelas arahnya. Sepanjang periode tersebut, Bioskop kita dihiasi film-film ‘horror ambigu’.  Sebut saja kemunculan film-film seperti Arwah Goyang Jupe-Depe, Pulau Hantu, Nenek Gayung, Rintihan Kuntilanak Perawan, Tiran, Menculik Miyabi dan masih banyak lagi . Horror yang biasanya mengalirkan kisah-kisah menyeramkan yang mampu mebuat bulu kuduk merinding, berubah menjadi dokumentasi eksploitasi tubuh pemeran-pemerannya. Selebritis yang didapuk memerankannya tentu saja mereka yang memiliki badan seksi menuju Vulgar. Kisah yang dipertontonkanpun cenderung sama alias monoton, yakni tubuh perempuan yang secara sengaja diekspos berlebihan. Tak ketinggalan, judul film yang erotis menjadi bahan pertimbangan dari industry film horror saat itu.
Mungkin tidak menjadi masalah jika yang dijual adalah eksploitasi tubuh pemain, namun yang disayangkan adalah cara pandang tim produksi film horror Indonesia mengenai genre yang ingin disuguhkan kepada masyarakat. Focus cerita yang sebenarnya bertema horor berubah menjadi ‘sex implisit’ yang ditayangkan pada hampir semua film horror Indonesia. Film-film yang produksinya didominasi oleh Produser Shanker ini menjadi citra buruk film horror di Indonesia.
Lalu kemunculan Film 308 yang dibintangi oleh Shandy Aulia tahun lalu membuka citra baru film horror Indonesia. Kesuksesan Film 308 yang focus mengalirkan cerita horror tanpa bumbu-bumbu adegan striptease atau naked terbukti mendapatkan apresiasi yang tinggi dari dunia Internasional. Kemunculan film ini, menjadi salah satu bukti bahwa wajah perfilman Indonesia kian membaik. Tak hanya itu, belum lama Revalina S Temat juga berhasil menghadirkan cerita horror di layar bioskop dalam film yang berjudul OO Nina Bobo. Kemunculan Shandy Aulia dan Revalina di film horror kian membuktikan sisi yang ingin ditampilkan produser film adalah acting dan cerita. Berbeda saat menampilkan Five V, Jupe, Baby Margaretha atau Nikita Mirzani. Ternyata film horror pun perlahan mengikuti film genre lain yang mulai menunjukkan kualitasnya. Cukup senang jika film-film horror ambigu tergeser dari bioskop Indonesia.
Lalu berita mengenai film Julia Perez membuktikan bahwa film horror Indonesia akan kembali ke wajah lama. Seperti yang diberitakan merdeka.com, Film terbaru Jupe akan segera rilis di tahun ini. Film berjudul Main Dukun itu akan turut serta menghadirkan Baby Margaretha. Tak kurang, situs yang sama memberikan judul untuk berita ini sangat berlebihan. Baca di: Jupe Lahap 9 Perjaka Untuk Tetap Muda di Main Dukun . Film ini juga dibintangi Shanker, walau dalam Konferensi Persnya Jupe menampik menghadirkan adegan ‘esek-esek’ tetapi dari judul hingga pemainnya sudah bisa dibayangkan arah film horror ini.
Sangat disayangkan ketika perfilman Indonesia tengah menunjukkan kualitasnya, film-film seperti ini muncul lagi. Padahal sudah hampir setahun terakhir genre ini absen di Bioskop Indonesia. Dengan kemunculan film ini, bukan tidak mungkin Shanker akan kembali menghadirkan film-film sejenis layaknya fenomena beberapa tahun lalu. Bisa jadi Perfilman Indonesia yang mulai berkembang langsung anti klimaks dengan kemunculan film-film seperti ini. Kita tentunya tak mengharapkan hal tersebut. Bagaimanapun juga, kualitas produksi film negeri turut membentuk citra bangsa sendiri. Semoga saja film ini memang tidak menghadirkan horror ambigu, tetapi mungkinkah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H